Inasgoc Sesalkan Kasus Sopir Taksi Peras Atlet Luar Negeri

Inasgoc sarankan para atlet luar agar tidak menggunakan taksi yang tak bekerja sama dengan Asian Games

oleh Cakrayuri Nuralam diperbarui 27 Agu 2018, 19:30 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2018, 19:30 WIB
Asian Games 2018, Persiapan Countdown Asian Games 2018
Pekerja sedang merampungkan pengerjaan logo Asian Games 2018 di Bundaran HI, Jakarta, (17/8/2017), Asian Games mengambil tema Energy Of Asia dan akan dibuka oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Liputan6.com, Jakarta - Deputi 1 Panitian Asian Games 2018 (Inasgoc), Harry Warganegara, membenarkan adanya kasus pemerasan yang dilakukan sopir taksi kepada atlet-atlet luar yang tampil di Asian Games 2018.

Saat melakukan konfrensi pers di Jakarta Convention Center, Senin (27/8/2018), Harry menceritakan tentang banyaknya laporan yang dikeluhkan para atlet, baik Indonesia maupun luar negeri. Namun, yang membuatnya meradang adalah pemerasan yang dilakukan sopir taksi kepada atlet luar negeri.

Tidak hanya satu, Harry menyebut ada banyak kasus seperti ini. Bahkan, para sopir meminta bayaran tidak sesuai argo meter.

"Kasus soal taksi, masih ada laporan ke kita bahwa mereka dikerjain sopir taksi, diminta bayar 10 kali lipat, ini ada kejadiannya," ucap Harry.

"Tapi sayang, mereka tidak mencatat nomor taksinya. Ini yang tidak bisa kami tindaklanjuti lebih jauh," ujarnya menambahkan.

 

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

Saran

Pelari Jepang Hiroto Inoue Juara Maraton 42 Kilometer
Atlet maraton memasuki garis finis di jalan Sudirman pada lomba Asian Games 2018 di Jakarta, Sabtu (25/8). Cabang nomor lari maraton menempuh jarak kurang lebih 42 kilometer dimenangkan pelari asal Jepang Hiroto Inoue. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Harry hanya bisa memberikan saran kepada para atlet luar agar tidak menggunakan taksi yang tak bekerja sama dengan penyelenggara Asian Games. Dia berharap, para atlet menggunakan taksi online berbasis aplikasi yang sudah menjadi sponsor mereka.

"Kita cuma bisa mengimbau kepada perusahaan itu tak meminta para sopirnya melakukan itu. Kami juga meminta mereka lebih baik naik Grab saja, kan itu ada catatannya melalui aplikasi," kata Harry.

Cari Hiburan

Kasus pemerasan ini terjadi, kata Harry, karena para atlet ingin mencari hiburan selama di Jakarta dan Palembang. Mungkit, lanjut Harry, para atlet bosan terus berada di penginapan.

"Kalau jam malam itu kita tidak bisa melarang. Pemimpin mereka saja tidak bisa,"pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya