Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah cenderung menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dinilai perlu diwaspadai oleh pemerintah. Hal ini melihat Indonesia sebagai negara berkembang.
"Rupiah sebenarnya masih ada potensi penurunan, khususnya Indonesia sebagai negara berkembang yang harus tetap diwaspadai, jadi berapa kali kita selalu bilang bahwa masih ada potensi penurunan rupiah kembali," ujar Destry di Jakarta, Jumat (21/3/2014).
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak di kisaran 11.293-11.446 selama pekan ini. Menurut Destry, penguatan rupiah terjadi belakangan ini didukung dari data makro ekonomi positif.
Advertisement
Selain itu, penguatan juga didukung dengan sentimen diusungnya Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sebagai calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
"Jadi rupiah yang bergerak ada di Rp 11.400an per USD, ya memang mungkin saat ini kami belum lihat ada suatu perubahan yang signifkan di struktur ekonomi dan kalau saya sendiri sih saya selalu berapa kali mengingatkan bahwa kita jangan terlalu complation dengan apa yang akan terjadi belakangan ini," jelas Destry.
Destri mengungkapkan prediksi pergerakan nilai tukar rupiah untuk saat ini masih akan berada di antara 10.900 - 11.500 per dolar AS. Dengan begitu diperkirakan rupiah akan kembali melemah jika pada hari ini ditutup di bawah 11.500.
"Potensi itu ke depan masih ada dan itu yang perlu kita waspadai, jadi ini sebenernya yang sudah expected cuma memang mungkin market tidak mengekspektasi," tutup Destry.