Myanmar Jadi Pesaing Berat RI di Pasar Bebas ASEAN

Apindo sangat mengkhawatirkan kemajuan Myanmar menjadi pesaing terberat Indonesia menghadapi pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 16 Apr 2014, 17:16 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2014, 17:16 WIB
[FOTO] Ratusan Buruh Bikin Macet Sudirman
Ada sekitar 200 orang demonstran dari Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) yang berunjuk rasa di depan Gedung Indofood (Liputan6.com/Miftahul Hayat)

Liputan6.com, Jakarta Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) sangat mengkhawatirkan kemajuan Myanmar menjadi pesaing terberat Indonesia menghadapi pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di 2015.

Pasalnya saat ini, negara tersebut telah membuka diri supaya investor bisa menanamkan modalnya dan membuka lapangan kerja di Myanmar.

Ketua Bidang Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Apindo, Soebronto Laras mengatakan, Myanmar kini resmi menjadi negara terbuka dari sebelumnya tertutup. Negara ini, telah mengubah tatanan industri dalam negeri sehingga mampu menarik investor.

"Tenaga kerja di sana yang termurah. Perbedaannya dengan Indonesia sangat jauh, di Myanmar cuma Rp 700 ribu per bulan sedangkan di Indonesia kan tahu sendiri. Saya tahu karena saya pernah ke sana tiga bulan lalu," ujar Soebronto di kantornya, Jakarta, Rabu (16/4/2014).

Dulu, dia menggambarkan, investor enggan membeli lahan di Myanmar karena masih menganut negara tertutup. Namun sejak resmi dibuka, perlahan investor asing mulai tertarik membenamkan modal di Myanmar.

"Jepang saja sudah masuk beli lahan dan membuka fasilitas di Myanmar. Ini sedang dipacu karena bisa membuka lapangan pekerjaan," terang dia.

Menurut Soebronto, China yang saat ini tengah terancam tak dapat masuk ke Indonesia karena ada permasalahan di perdagangan bebasnya tak merasa khawatir. Sebab Negeri Tirai Bambu itu dapat masuk mencari pasar lain, terutama Myanmar.

"Kalau China nggak bisa masuk tentu memukul pengusaha kecil di Indonesia. Mereka akan merasa kehilangan. Tapi China bisa masuk ke Myanmar, jadi nanti barang yang diekspor ke kita bukan lagi made in China, tapi made in Myanmar," tukas dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya