Liputan6.com, Jakarta - Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) terus menuntut pemerintah untuk menambah item komponen Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dari 60 item menjadi 84 item.
Presiden KSPI, Said Iqbal menegaskan, tuntutan kenaikan KHL tersebut berdasarkan riset yang dilakukan oleh Akatiga. Buruh membutuhkan 122 item dan untuk pekerja lajang  kajian yang dilakukan oleh KSPI terhadap kebutuhan yang sangat diinginkan oleh buruh adalah 84 item.
"Sebelumnya, kami telah membuat dan mengukur seberapa banyakkah kebutuhan yang diperlukan oleh buruh," ujar Said dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (9/5/2014).
Dia menjelaskan, pada 1982 pada zaman Presiden Soeharto, Menteri Tenaga Kerja pada saat itu, Soedomo, merumuskan komponen yang disebut dengan Kebutuhan Fisik Minimum (KFM) berisikan hampir 50 item. Seiring dengan berjalan waktu, kebutuhan tersebut mengalami perubahan.
"Misalnya jika dulu mengukur baju pakai tetoron, kalau sekarang pakai tetoron lagi ya tidak mungkin. Begitu pula jika dulu itu mendengarkan radio yang dua band, sekarang mana ada radio dua band,sudah tidak ada lagi di pasaran. Jadi seiring waktu terhadap konsumsi masyarakat dalam hal ini maka kebutuhan hidup para buruh tentu akan berubah," lanjutnya.
Menurut Said, seiring waktu dan makin meningkatnya perekonomian negara maka kebutuhan seperti radio sebagai alat informasi bagi para pekerja  berubah menjadi televisi. Karena saat ini masyarakat ataupun buruh lebih banyak membeli televisi. Oleh karena itu, item televisi itu sangat dibutuhkan untuk saat ini. "Jadi kami tidak bisa membandingkan dengan yang dulu," kata Said.
Terlebih lagi, lanjutnya, item televisi ini dalam survei KSPI di tiap daerah itu berbeda–beda. Itemnya tetap televisi, tetapi jenis ataupun kualitasnya berbeda–beda. "Dan mengapa ditemukan adanya jenis LED, karena LED itukan adanya di Jabodetabek. Karena sesuai dengan hukum pasar, barang yang banyak tersedia pasti itulah yang dibeli," jelasnya.
Selain itu, hasil survei yang dilakukan KSPI dalam kuesioner dan FGD (Focus Group Diskusi), menemukan setidaknya 60 % hasil survei adalah televisi LED. Namun yang perlu menjadi catatan adalah hal itu janganlah terlalu digeneralisir seolah-olah seluruh daerah perlu televisi LED.
"Bisa saja misalnya di Sidoarjo yang paling banyak dikonsumsi itu televisi china lalu di Pare – Pare banyak mengkonsumsi televisi tabung. Bisa saja misalnya dewan pengupahan di Sidorajo dan pare pare memutuskan Televisi tabung sebagai item survey KHL Tetapi prinsipnya item televisinya harus ada Karena itu kebutuhan. Dan harga di tiap daerahnya pasti berbeda," ungkapnya.
Said juga menyatakan, penentuan jenis dan kualitas televisinya itu tergantung dewan pengupahan di tiap daerah. Sedangkan item lain seperti parfum, menurut Said, jika dulu mungkin orang tidak memakai parfum karena kualitas udaranya masih bagus dan polusinya pun masih sedikit, namun seiring waktu dan kebutuhan, kebutuhan parfum menjadi juga kebutuhan para buruh.
"Jadi, itulah mengapa kami meminta adanya penambahan item KHL dari 60 item menjadi 84 item KHL seperti yang jadi satu dari 10 tuntutan KSPI saat Mayday 2014," tandasnya. (Septian Deny/Agustina Melani)
Advertisement