BI Pertanyakan Manajemen Anti Fraud di Perbankan

Praktik pembobolan dana nasabah perbankan yang terjadi belakangan ini masih menggunakan metode klasik yang sebelumnya pernah terjadi.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 16 Mei 2014, 16:32 WIB
Diterbitkan 16 Mei 2014, 16:32 WIB
Gedung Bank Indonesia
Ilustrasi (vibiznews.com)

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) mempertanyakan manajemen anti fraud yang dijalankan oleh industri perbankan nasional. Pertanyaan tersebut muncul setelah marak aksi pembobolan karena kelemahan sistem teknologi informasi yang berdampak pada kerugian nasabah.

Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah mengungkapkan, bank sentral akan melakukan pemeriksaan ke beberapa perbankan yang beroperasi di Indonesia mengenai Manajemen anti fraud tersebut.

"Fokus pemeriksaan kepada manajemen anti fraud yang ada di bank. Khususnya dalam proses sistem pembayaran," kata Halim saat ditemui di lingkungan Bank Indonesia, Jumat (16/5/2014).

Menyinggung soal pembobolan dana nasabah di PT Bank Mandiri Tbk, Halim menjelaskan, pada dasarnya strategi penanganan anti fraud di bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut sudah terbilang cukup baik.

"Bank Mandiri, saya kira dia sangat responsif. Mereka sebetulnya lengkap. Tetapi masalahnya ini, yang namanya fraud itu tidak bisa diduga kapan terjadinya. Risiko itu selalu ada," papar Halim.

Menurut Halim, praktik pembobolan dana nasabah perbankan yang terjadi belakangan ini masih menggunakan metode klasik yang sebelumnya pernah terjadi.

"Misalnya, menaruh kamera kecil di automated teller machine (ATM). Itu yang memang perlu dicari langkah-langkah penanganan, supaya hal-hal seperti itu tidak terjadi lagi," tuturnya.

Lebih lanjut Halim menyebutkan, pada dasarnya kasus semacam ini tidak hanya terjadi di industri perbankan Tanah Air, melainkan juga di negara-negara lain. (Yas/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya