BI: Pemilihan Presiden Hanya Sementara Pengaruhi Gerak Rupiah

Bank Indonesia menilai, defisit neraca perdagangan dan pemilihan umum presiden memberikan sentimen untuk rupiah.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 05 Jun 2014, 14:06 WIB
Diterbitkan 05 Jun 2014, 14:06 WIB
Rupiah
Rupiah (Antara Foto)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menilai sentimen defisit neraca perdagangan dan politik mempengaruhi gerak rupiah selama pekan ini.
Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo mengungkapkan, selain pengaruh neraca perdagangan, pelemahan rupiah juga dipengaruhi kondisi situasi jelang pemilihan umum Presiden pada 9 Juli 2014.

"Yang terakhir perkembangan pemilu ada memang melihat kondisi pelaksanaan pemilihan umum Presiden. Itu ada satu mekanisme kampanye di mana calon cuma dua, dan ada satu persaingan yang ketat, itu juga direspons oleh pelaku pasar," kata Agus di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (4/6/2014).

Meski demikian, Bank Indonesia melihat situasi ini hanyalah bersifat sementara mengingat pada kuartal II setiap tahunnya selalu mengalami tekanan. "Biasanya nanti akan kendor di kuartal III dan kemudian hingga akhir tahun defisit neraca transaksi pembayaran akan kembali terkendali," jelas Agus.

Bank Indonesia menargetkan defisit neraca transaksi berjalan untuk tahun 2014 akan berada di bawah 3%. Hal itu akan lebih baik dari tahun 2013 yang saat itu defisit 3,3%. Adapun defisit neraca transaksi perdagangan mencapai US$ 1,9 miliar pada April 2014.

Seperti diketahui, berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (JISSDOR) nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tercatat kembali melemah dari hari sebelumnya 11.810 per dolar menjadi 11.874 per dolar AS pada Kamis 5 Juni 2014. (Yas/Ahm)

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya