Nasionalisasi Aset Tak Selalu Bawa Untung Bagi RI

Sistem logistik belum terbentuk kembali hingga saat ini. Buktinya, harga jeruk Pontianak lebih mahal dibandingkan dengan jeruk Mandarin.

oleh Septian Deny diperbarui 22 Jun 2014, 13:11 WIB
Diterbitkan 22 Jun 2014, 13:11 WIB
Logistik
(Foto: Antara)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam visi misinya, para kandidat calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang bersaing dalam pemilihan presiden (pilpres) mengedepankan isu nasionalisasi. Menurut pengamat, nasionalisasi tak selalu membawa kebaikan terutama untuk sektor logistik.

Ketua Pendiri Institut Kepresidenan Indonesia (IKI), Christianto Wibisono mengatakan, masyararakat saat ini harus cerdas dalam menjatuhkan pilihan dalam pilpres yang akan berlangsung pada 9 Juli nanti.

Menurutnya, isu nasionalisasi yang kerap diangkat dalam kampanye capres diharapkan tidak langsung membuat masyarakat mudah bersimpatik. Namun, ia meminta agar masyarakat menelaah lebih dalam. Hal ini karena nasionalisasi dalam sektor ekonomi tidak selalu membawa keuntungan bagi Indonesia.

"Masyarakat gampang terdorong pada isu nasionalisasi. Ini seperti bunuh diri. Dulu saat kita melakukan nasionalisasi (perusahaan-perusahaan Belanda), sistem logistik malah jadi hancur," ujarnya di Jakarta seperti ditulis Minggu (22/6/2014).

Bahkan, akibat keinginan pemerintah agar semua sektor menjadi target nasionalisasi, termasuk sektor logistik, sistem logistik Indonesia masih belum terbentuk secara baik hingga saat ini.

"Sistem logistik belum terbentuk kembali hingga saat ini. Buktinya, harga jeruk di Pontianak itu lebih mahal jika dibandingkan dengan jeruk Mandarin. Itu semua karena logistik tidak baik, itu karena nasionalisasi," tandas dia. (Dny/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya