Pengamat: Bangun 25 Bendungan Dalam Lima Tahun Tak Realistis

Proyek waduk Jatigede yang sejak 24 tahun lalu direncanakan, sampai sekarang masih belum selesai.

oleh Septian Deny diperbarui 23 Jun 2014, 09:46 WIB
Diterbitkan 23 Jun 2014, 09:46 WIB
Bendungan Katulampa saat hujan deras melanda Bogor, Jabar. Hujan deras menyebabkan ketinggian air pada Jumat (17/9) pukul 17.00 WIB naik menjadi 140 cm.(Antara)

Liputan6.com, Jakarta - Calon presiden (capres) nomor urut 2, Joko Widodo berjanji akan membangun sekitar 20-25 bendungan jika terpilih menjadi Presiden.  Pembangunan bendungan itu guna memenuhi kebutuhan air untuk pertanian.

Namun, Pengamat Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Hermanto Siregar mengatakan, membangun 25 bendungan dalam waktu lima tahun akan sulit untuk direalisasikan.

"Membangun bendungan tidak seperti bangun gedung," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, seperti ditulis Senin (23/6/2014).

Menurut dia, membangun sebuah bendungan bukan hal yang mudah karena memiliki kompleksitas yang tinggi. Ini karena bukan hanya bendungannya saja yang harus dibangun tetapi infrastruktur penunjang bendungan juga harus dibangun.

Inilah alasannya mengapa setelah pemerintahan orde baru, hampir tidak ada bendungan yang dibangun di Indonesia. "Memang tergantung dari ukurannya tetapi biasanya tempat-tempat yang potensial untuk dibangun bendungan itu sudah ada masyarakatnya dan pembebasan lahan dinegara ini amat sangat tidak mudah," kata dia.

Dia mencontohkan, proyek waduk Jatigede yang sejak 24 tahun lalu direncanakan, hingga saat ini belum juga terselesaikan. "Di sana sudah sempat ada pembebasan kemudian terhenti. Dan sekarang masyarakat sudah masuk lagi ke sana. Nanti kalau jadi dibangun harus dibebaskan lagi," lanjutnya.

Meski demikian, Hermanto juga mengakui kebutuhan sektor pertanian akan bendungan sebagai menyuplai air memang sangat mendesak. Hal ini karena elemen air dalam pertanian menjadi sangat vital.

Dia mengungkapkan, hampir di semua wilayah membutuhkan adanya bendungan terutama di sentra produksi seperti wilayah pantai utara baik di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur serta daerah lain yang juga potensial seperti Sumatra, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi.

"Pada saat musim panas kita harus punya banyak cadangan air. Kalau tidak ada bendungan, saat hujan air langsung mengalir ke laut dan pada saat musim kemarau tidak ada cadangan air yang bisa disimpan disana," tandas dia. (Dny/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya