Carlos Wizard Martins, Anak Sopir Truk yang Kini Jadi Miliarder

Waktu kecil, Martins sering ikut bepergian bersama ayahnya ke toko-toko untuk mengirim barang.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 09 Agu 2014, 23:17 WIB
Diterbitkan 09 Agu 2014, 23:17 WIB
Carlos Wizard Martins
(Foto: wiki.com)

Liputan6.com, Rio de Janeiro - Nama Carlos Wizard Martins berhasil masuk jajaran miliarder versi majalah Forbes usai menjual waralaba sekolah bahasa yang dia dirikan yakni Grupo Multi seharga US$ 719,6 juta atau Rp 8,74 triliun (kurs: Rp 11.778 per dolar AS).

Tak hanya mendirikan sekolah bahasa, Martins juga memiliki 95% saham dari Vale Presente, satu-satunya lembaga non-bank di Brasil yang berwenang menerbitkan kartu berlogo Mastercard, serta berinvetasi di real estate dan Akatus, suatu sistem pembayaran mirip dengann Paypal.

Namun  siapa sangka, sebelum menjadi orang kaya raya, Martins hanyalah seorang anak dari sopir truk. Ayahnya bertugas mengirim barang antar kota di Brasil. Waktu kecil, Martins sering ikut bepergian bersama ayahnya ke toko-toko untuk mengirim barang.

Martins muda berbeda dengan anak-anak lainnya, di mana anak-anak lain sibuk bermain dia justru ikut ayahnya bekerja. Namun demikian, dirinya mengakui bahwa ayahnyalah yang membawa dia menuju kesuksesan.

"Ayahku membangkitkan rasa tanggung jawab dan semangat insitiatif," kata dia seperti dilansir Deseret News, Sabtu (9/8/2014).

Dari ayahnya, dia belajar bagaimana cara menjual, bernegosiasi dan menawarkan produk kepada pelanggan. Dia belajar berdagang secara otodidak.

Perjalanan Karir


Perjalanan Menjadi Miliarder

Saat berusia 12 tahun, orang tua Martins menjadi prihatin dengan kondisi moral di masyarakat. Saat itu, lanjut dia, banyak orang kehilangan gagasan antara benar dan salah. Masyarakat kehilangan prinsip, etika, dan tidak saling menghormati. "Orang tua saya merasa ada kekosongan di dalam diri mereka," ujarnya.

Maka sejak saat itu, keluarganya memutuskan untuk bergabung dengan salah satu gereja. Dari sana, dia belajar bahasa Inggris untuk pertama kalinya.

Seiring berjalannya waktu, nasib Martins pun turut membaik. Sampai pada usia 30 tahun, dia telah menjadi seorang pekerja di sebuah perusahaan multinasional. Kemudian di sinilah perubahan besar terjadi.

Suatu ketika seorang rekan kerja memintanya untuk mengajarinya bahasa Inggris. "Saya setuju dan mulai mengajarinya di ruang tamu rumah saya di malam hari setelah bekerja. Setelah siswa pertama ini, kemudian yang lain berdatangan. Jumlah siswa meningkat," ucapnya.

Merasa pendapatan dari hasil mengajar bahasa Inggris lebih besar dari gaji bulanannya, akhirnya Martins memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya. Dia menginvestasikan tabungannya di sekolah bahasa yang ia sebut Wizard. Sekolah ini kemudian berkembang menjadi salah satu sekolah terbesar di Brazil.

Dari kerja kerasnya, kini sekolah itu tumbuh menjadi 3.000 sekolah di 10 negara. Adapun jumlah karyawannya mencapai 50 ribu orang dengan siswa mencapai 1 juta per tahun. (Amd/Ndw)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya