Wawancara Mari Elka: Jadi Menparekraf, Saya Lebih Cinta Indonesia

Berlian tetaplah berlian, di manapun dia ditempatkan. Seperti itulah sosok Mari Elka Pangestu.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 18 Agu 2014, 07:40 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2014, 07:40 WIB
Ilustrasi Menteri Pariwisata (3)
Menteri Pariwisata Mari Elka Pangestu (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Reporter: Amii Nindita

Berlian tetaplah berlian, di manapun dia ditempatkan. Itulah sosok Mari Elka Pangestu. Dipindahtugaskan dari Menteri Perdagangan (Mendag) menjadi sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Mari tetap menunjukkan kemampuannya.

Ekonomi kreatif adalah sektor baru yang dijadikan bagian dari sebuah kementerian. Bahkan di dunia, hanya Indonesia dan Inggris yang memiliki Kementerian yang khusus mengurusi ekonomi kreatif.

Wanita kelahiran, Jakarta, 23 Oktober 1956 ini cepat beradaptasi dengan jabatan barunya dan segera melakukan sejumlah gebrakan untuk mempromosikan pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia ke seluruh dunia.

Pulau demi pulau disambanginya, beragam budaya dan suku dari Sabang sampai Merauke dipelajarinya setiap hari, demi lebih bisa mendalami profesi yang digelutinya.

"Saya merasa beruntung mendapat portfolio ini karena membuat saya jauh lebih memahami Indonesia. Dengan memahami jadi jauh lebih mencintai Indonesia," ungkap Mari.

Menjelang masa jabatannya yang berakhir Oktober 2014, Dosen Universitas Indonesia (UI) ini mengaku merasa bersyukur telah diberi kepercayaan menjadi Menparekraf karena dia menjadi lebih memahami betapa wonderful-nya Indonesia. Mari mengakui kini dirinya jadi lebih cinta Indonesia.

Setelah lengser dari jabatannya, lalu apa rencana Mari? Kepada Amii Nindita dan juru kamera Dono Kuncoro dari Liputan6.com di ruangan kerjanya, Mari bercerita soal pengalamannya selama menjadi Menparekraf dan rencananya ke depan.

Berikut kutipan hasil wawancaranya:

Masa jabatan Anda sebagai Menparekraf, apa pesan untuk penerus Anda?”

Mudah-mudahan apa yang sudah kami bangun dan kami siapkan selama tiga tahun terakhir ini dan dengan perencanaan yang sudah relatif melibatkan semua unsur, kami harapkan bisa dilanjutkan, sudah masuk implementasi dan operasional.

Tantangan terbesar di kementerian ini adalah koordinasi lintas sektoral antara pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, kota, dan masyarakat komunitas kreatif yang demikian luasnya.
 
Kalau tidak melakukan sosialisasi, networking dengan baik, kami tidak akan paham apakah yang kami lakukan sudah tepat dan kena pada sasaran, berarti istilahnya harus banyak 'blusukan'  baik untuk pariwisatanya untuk mengenal  apa sebetulnya keindahan dan kekayaan Indonesia.  Kami harus melihat sendiri dan mengalami sendiri. Kami juga harus mempunyai banyak berinteraksi dengan sejumlah komunitas yang ada di Indonesia.

 
Apa rencana Anda usai tidak menjabat sebagai menteri, apakah akan kembali mengajar?

Iya, balik jadi dosen. Saya selama enam tahun terakhir ini juga tetap mengajar.

 
Tapi bagaimana jika Anda kembali dipercaya sebagai menteri di pemerintahan selanjutnya?

Saya tidak berpikir sama sekali ke situ. Saya saat ini sedang berpikir dan sibuk menyelesaikan tugas saya sekarang, dan meninggalkan legacy dari segi planning document serta operational document sehingga jadi siapapun yang nanti duduk di sini bisa langsung go.

 Apa Pengalaman yang tak terlupakan selama menjabat sebagai menteri?

Banyak ya, mungkin satu pengalaman internasional, satu dalam negeri. Pertama, waktu kami ditugaskan menyiapkan cultural night untuk APEC Leaders di akhir 2013. Kami kerja keras. Kuliner Indonesia, kita punya 30 ikon kuliter, tumpeng nusantara istilahnya, karena tidak ada yang punya tumpeng, Malaysia juga tidak punya tumpeng. Hanya Indonesia yang punya tumpeng dan tumpeng itu maknanya dalam, setiap celebration di Indonesia ada tumpeng. Itu  (tumpeng nusantara-red) adalah dinner menu dari leaders.

Kemudian presiden sendiri yang turun tangan untuk memilih kain endek Bali untuk kostumnya para leaders, dan itu  merefleksi Indonesia yang memulai (kostum khusus) pada pertemuan APEC pada 1994, batik pertama kali  digunakan pada 1994, dengan perancangnya Iwan Tirta. Dari situ tradisi itu diikuti, sekian tahun kemudian pada 2013 kita menjadi tuan rumah lagi. Batik sudah, lalu kini Endek, dan itu photo sesions leaders mendunia.

Tentunya performance sendiri dengan message APEC yaitu kebersatuan di APEC. Di mana salah satu simbolnya, karena host berikutnya Tiongkok, kita tampilkan Barongsai dan Barong Bali, jadi hand over-nya dari Barong Bali ke Barongsai dan itu sangat di-appreciate banyak orang, itu salah satu high light.

Kalau high light di dalam negeri, saya sulit mengidentifikasi. Tapi mungkin secara umum saya merasa beruntung mendapat portfolio ini karena membuat saya jauh lebih memahami Indonesia. Dengan memahami jadi jauh lebih mencintai Indonesia.

Indonesia itu luar biasa. Hampir semua pelosok negeri sudah saya sambangi. Dengan menggunakan seluruh moda transportasi baik dari pakai pesawat Garuda Indonesia dan low cost carriers (maskapai penerbangan murah), sudah saya coba semua, helikopter, kapal.

Selama jadi menteri, adakah rekan menteri yang menjadi tempat curhat Anda?

Pertama, antara menteri wanita kami sangat kompak. Jadi kami bukan curhatlah ya, kami punya kebersamaan dalam pemikiran dan berbagai hal. Kami juga sering kumpul-kumpul.

Kalau menteri yang lain, mungkin terutama yang sudah bersama saya dari 2004 misalnya Pak Joko Kirmanto, saya sering bertanya berhubungan. Ya sama semua menteri juga punya hubungan yang baiklah.

Anda sudah masuk dalam jajaran Menteri Kabinet Indonesia Bersatu sejak 2004, Menurut Anda, Presiden SBY memiliki tipe kepimpinan seperti apa?

Menurut saya, beliau leader yang sangat komitmen terhadap beberapa hal,  terutama anti korupsi dan reformasi. Sebenarnya orang lupa, waktu di 2004 kami masuk (pemerintahan),  kami semua bagian dari kelompok reformasi, asal usulnya dari pejuang reformasi. Kemudian kami masuk, Pak SBY sendiri reformasi di bidang militer, lalu saya dan Sri Mulyani mungkin masuk dalam kategori ekonomi dan public policy.

Kami masuk dengan agenda reformasi dan ada beberapa hal kami lakukan, tapi belum tuntas tentunya karena reformasi itu butuh waktu yang lama. Jadi ini harus terus dilanjutkan termasuk reformasi birokrasi dan hukum.

Kemudian menurut saya, minimal untuk ekonomi kreatif, beliau secara konsisten dan komitmen mendukung terus perkembangan ekonomi kreatif sampai sekarang sehingga membentuk kementerian sendiri.

Sebenarnya waktu kecil, apa cita-cita Anda?

Oh lain sekali, pengen jadi wartawan.

Kenapa terpikir dan tertarik jadi wartawan?

Dulu kan elektonik media belum gencar, lebih kepada menulis di koran. Saya memang suka menulis dan suka bercerita.

Anda dikenalkan sebagai kolektor batik, apa makna batik buat Anda?

Buat saya banyak ya. Pertama kecintaan saya kepada batik memang tumbuh sejak saya jadi menteri. Waktu pertama jadi menteri, saya cuma punya satu kain batik. Kemudian saya panik karena mau dilantik tiga hari lagi. Lalu saya pinjam batik milik ibu saya.

Beberapa tahun kemudian ibu saya meninggal. Saya baru tahu kalau beliau punya koleksi batik luar biasa, batik-batik lama di dalam lemarinya. Kemudian saya mulai memahami, kemudian batik diakui sebagai warisan dunia asal Indonesia oleh UNESCO.

Setiap daerah di Indonesia memiliki batik yang beda dengan makna yang beda. Batik di Jawa dipakai untuk kawin atau upacara. Dan warna bisa menunjukkan pangkat, motif juga. Ini menunjukkan bagaimana Indonesia terbuka itu terbuka untuk budaya dari manapun.

Batik Cirebon itu ada pengaruh Tionghoa, ada batuk yang terpengaruh Jepang, terpengaruh Arab seperti Bengkulu. Jadi semua melalui perdagangan mereka masuk ke Indonesia. Ada pertukaran budaya dan itu tercemin dr batik-batik itu, baik dari sisi warna dan corak.

Yang membahagiakan sekarnag hidupnya kembali membatik. Dulu hanya orang tua yang membatik, sekarang orang muda juga mau membatik. Itu berarti ada penghasilan yang dinikmati orang dari batik. Muncul karena banyak orang kembali pakai batik.

Dulu hanya acara resmi, sekarang mulai dari pemerintah sendiri setiap Jumat, dua hari seminggu, pemerintah daerah juga, swasta juga sekarang. Kini menggunakan batik jadi kekinian, menghidupkan kembali batik.

Sekarang hampir smua daerah hidupkan batik. Bahkan yang tidak ada batik juga hidupkan batik ala sendiri.

Apa motik batik favorit Anda?

Itu susah dijawab itu, banyak banget. Saya suka warna cerah, jadi batik pesisiran.

Kalau boleh tahu, di mana tempat liburan favorit anda dan keluarga?

Labuan Bajo. Saya baru liburan ke Labuan Bajo bersama keluarga. Yang khas di sana tentu ada Pulau Komodo, Labuan Bajo secara alam sangat indah dan tenang. Bisa diving, snorkeling, bisa tracking dan ada warisan budaya yang kaya, termasuk desa adat dan tarian-tarian. Tempat favorit saya beserta keluarga saya karena di sana tenang dan nyaman. Lombok juga tempat favorit. (Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya