Nantikan Rilis BI Rate, Rupiah Lesu

Nilai tukar rupiah kembali melemah setelah menguat selama dua hari sebelumnya.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 13 Agu 2014, 11:39 WIB
Diterbitkan 13 Agu 2014, 11:39 WIB
Ilustrasi Pantau Rupiah (2)
Ilustrasi Pantau Rupiah (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah kembali melemah setelah menguat selama dua hari sebelumnya. Penguatan dolar akibat buruknya data ekonomi Jepang dan membuat rupiah berayun melemah. Selain itu, para pelaku pasar juga tengah menanti data ekonomi Indonesia berupa pengumuman BI rate dan defisit transaksi berjalan.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), Rabu (13/8/2014) menunjukkan rupiah melemah tipis ke level 11.683 per dolar AS. Padahal sejak akhir pekan lalu, rupiah konsisten menunjukkan penguatan perlahan.

Sementara data valuta asing Bloomberg menunjukkan rupiah sempat menyentuh level 11.713 pada perdagangan pukul 10.43 waktu Jakarta. Sebelumnya, rupiah juga tercatat dibuka melemah di level 11.691 per dolar AS.

Setelah sempat menunjukkan pergerakan yang cukup stagnan, rupiah kini bertengger di kisaran 11.678 - 11.713 per dolar AS.

Data produk domestik bruto (PDB) Jepang yang memburuk diprediksi memicu aksi beli dolar AS. Akibatnya dolar menguat dan melemahkan nilai tukar rupiah.

Sementara dari faktor internal, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk David Sumual menilai rilis data defisit transaksi berjalan yang dirilis pada 15 Agustus 2014 akan membengkak. Saat itu, rupiah juga akan kembali melemah.

Selain itu, pengumuman BI Rate juga akan dirilis pekan ini pada 14 Agustus 2014. David memprediksi, BI akan tetap mempertahankan suku bunganya di level yang sama.

"Tidak akan ada perubahan, karena dana eksternalnya masih kuat. Cadangan devisa tercatat meningkat US$ 3 miliar menjadi US$ 110,5 miliar," terangnya saat berbincang dengan Liputan6.com.

Sebaliknya, sengketa pemilihan presiden dianggap sudah tak lagi menjadi kekhawatiran di kalangan para pelaku pasar.

"Itu sudah tak jadi pertimbangan, sudah selesai, para investor sekarang cenderung wait and see saja karena diprediksi hasilnya tidak akan berubah," tandasnya. (Sis/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya