Masyarakat RI Anggap Remeh Pengeluaran Saat Pensiun

Sebagian besar masyarakat Indonesia menganggap remeh tingkat pengeluaran yang dibutuhkan saat masa pensiun.

oleh Nurmayanti diperbarui 15 Okt 2014, 21:38 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2014, 21:38 WIB
Survei Manulife Investor Sentiment Index
(Fotografer: Fiki Ariyanti/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Sebagian besar masyarakat Indonesia dinilai menganggap remeh tingkat pengeluaran yang akan mereka butuhkan di masa pensiun.

Hal itu tertuang dalam riset Manulife Asset Management terbaru Aging Asia. Dalam riset ini menganalisa pola pengeluaran di masa pensiun pada enam negara yang berada di Asia, dan membandingkannya dengan hasil survei mengenai perkiraan tingkat pengeluaran di masa pensiun pada negara-negara tersebut.

Riset itu berjudul Big Spenders: The Myth of Lower Consumption in The Golden Years. Laporan ini mengungkapkan sementara para responden survei Manulife Investor Sentiment Index(MISI) di Indonesia mengindikasikan tingkat pengeluaran mereka di masa pensiun akan turun menjadi 68 persen dari masa sebelum pensiun.

Kenyataannya para pensiunan saat ini menghadapi tingkat pengeluaran mereka sekitar 94 persen dari masa sebelum pensiun.

"Penemuan ini membawa kami mempelajari lebih dalam mengenai pola pengeluaran di Jepang selaku negara tertua di Asia dan Taiwan selaku negara terkaya di Asia, untuk melihat gambaran apa yang mungkin terjadi pada negara seperti Indonesia yang masih relatif muda tetapi menua dengan cepat dan sedang menikmati pertumbuhan ekonomi relatif cepat," ujar Michael Dommermuth, Presiden Internasional Asset Management, Manulife Asset Management, seperti dikutip dari keterangan yang diterbitkan, Rabu (15/10/2014).

Ia menambahkan, pihaknya menemukan ternyata tingkat pengeluaran di negara-negara ini tidak turun, bahkan meningkat di Jepang dengan komposisi pengeluaran berubah secara signifikan.

Sementara pengeluaran untuk pendidikan, transportasi, dan komunikasi menurun, pengeluaran yang terkait dengan perumahan, kesehatan, makanan dan minuman justru meningkat, dalam beberapa kasus porsi peningkatannya melebihi porsi penurunan yang terjadi pada kategori lainnya.

Hal ini mencerminkan tantangan bagi para investor di Indonesia, karena 77% responden survei menyatakan bahwa mereka telah siap secara finansial menghadapi masa pensiun, namun laporan riset kami mengungkapkan bahwa tampaknya mereka meremehkan tingkat simpanan yang dibutuhkan untuk menopang pengeluaran di masa pensiun.

Laporan ini juga menyoroti pentingnya memastikan seluruh potensi sumber pendapatan di masa pensiun telah dikerahkan dengan efisien, termasuk gaji dan upah, jaminan sosial dari pemerintah, dana pensiun, dukungan keluarga, dan pendapatan yang berasal dari kekayaan rumah tangga.

"Dari lima sumber pendapatan di masa pensiun tersebut, menurut kami yang paling penting adalah memaksimalkan potensi pendapatan yang berasal dari kekayaan rumah tangga,” ujar Legowo Kusumonegoro, Presiden Direktur PT Manulife Aset Manajemen Indonesia.  

Ia melanjutkan, sebaiknya idak tergantung kepada pihak lain, apakah itu pemberi kerja, program pensiun, jaminan sosial dari negara, maupun ketergantungan kepada dukungan keluarga.

"Kita harus mandiri. Dengan menyisihkan sebagian dari penghasilan kita secara teratur dan menginvestasikannya pada aset yang berpotensi memberikan imbal hasil yang lebih tinggi daripada deposito, seperti saham dan obligasi, kami percaya masyarakat Indonesia dapat lebih siap dalam memenuhi kebutuhan di masa pensiun yang ternyata relatif lebih tinggi dari yang diperkirakan," tutur Legowo.

Legowo menambahkan, namun lebih  banyak masyarakat Indonesia yang merasa tidak memiliki keahlian dalam memilih investasi yang memiliki potensi imbal hasil yang menarik.   Oleh karena itu, pihaknya meluncurkan program edukasi yang berfokus pada 3i – insyaf, irit, invest – dan mengenalkan reksa dana sebagai pilihan investasi yang mudah, nyaman, dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. (Nrm/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya