Liputan6.com, Jakarta- Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi ternyata berdampak cukup besar bagi perekonomian Indonesia. Dekan Fakultas Ilmu Administrasi bisnis dan Ilmu Komunikasi Universitas Atmajaya Prasentyantoko bahkan mengatakan, 2015 bukanlah tahun yang mudah bagi para pelaku bisnis dan wirausaha muda.
"Mengikuti kenaikan harga premium dan solar sebesar Rp 2.000 per liter, suku bunga acuan bank Indonesia (BI Rate) juga naik 25 basis poin menjadi 7,75 persen. Tentu aksi permodalan jadi lebih mahal," ungkapnya saat menjadi pembicara di acara Indonesia Young Enterpreneurship (IYE) di Jakarta, Jumat (21/11/2014).
Dengan lebih mahalnya akses permodalan, Prasetyantoko memprediski ekspansi usaha akan mengalami sedikit koreksi. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi juga tidak akan melejit.
Advertisement
"Tahun depan pertumbuhan ekonomi hanya akan bergerak moderat di kisaran 5,5-5,8 persen," kata dia.
Menurutnya, ini merupakan kondisi di mana Indonesia membutuhkan para pengusaha muda yang dapat mengembangkan bisnis secara masif. Dia juga melihat potensi sektor industri kreatif yang sejauh ini dapat bersaing secara global.
"Lihat produk animasi Disney, sebagian dikerjakan oleh para pemuda di Indonesia. Kita memiliki potensi dan kemampuan animasi yang luar biasa yang harus juga didukung sektor lain," tandasnya.
Hal itu dianggapnya dapat menjadi gerakan penting bagi kemajuan bisnis di Indonesia. (Sis/Ndw)