Harga Ikan Naik, Pedagang: Enak Zaman Soekarno

Harga ikan naik dipicu fenomena bulan purnama di mana nelayan sulit mendapatkan ikan.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 24 Nov 2014, 11:00 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2014, 11:00 WIB
Harga Ikan Naik, Pedagang: Enakan Zaman Soekarno
Harga ikan naik dipicu fenomena bulan purnama di mana nelayan sulit mendapatkan ikan.

Liputan6.com, Jakarta - Selain sayur mayur dan cabai, harga ikan atau hasil tangkapan laut di pasar tradisional ikut melonjak.

Namun kenaikan ini bukan hanya karena penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi, melainkan ada fenomena terang bulan alias purnama.

Menurut salah seorang pedagang ikan di Pasar Bojong, Cengkareng, Miska (30), harga ikan kelas satu merangkak naik sekira Rp 5.000 sampai Rp 10 ribu per kilogram (kg).

Adapun yang termasuk ikan kelas satu, antara lain, ikan kembung, cumi, udang, bawal putih dan lainnya.

"Contohnya ikan kembung naik dari harga Rp 35 ribu menjadi Rp 40 ribu per kg. Udang dari Rp 100 ribu menjadi Rp 105 ribu per kg serta bawal putih naik menjadi Rp 100 ribu per kg," tutur dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta Barat, Senin (24/11/2014).

Penyebabnya, diakui Miska karena setiap tanggal 15-25 ada fenomena terang bulan alias purnama. Jadi bukan karena kenaikan harga BBM subsidi.

Sedangkan harga ikan air tawar seperti ikan bandeng bergerak stabil di harga Rp 60 ribu per kg.

"Kalau ada purnama, ikan-ikan kosong pada lari ke tengah. Sedangkan dampak dari BBM nggak terlalu signifikan, karena nelayan masih bisa melaut walaupun harus membayar BBM lebih mahal," jelas dia.

Sementara itu, dirinya mengatakan, harga ikan akan lompat sampai 30 persen saat menjelang pergantian tahun baru lantaran ada peningkatan jumlah permintaan.

"Biasanya dua minggu sebelum tahun baru, permintaan banyak, pasokan kurang, jadi harganya naik 30 persen," terang dia.

Miska berharap, pemerintah dapat segera menstabilkan harga bahan pangan maupun sembako seperti era zaman Presiden pertama, Soekarno.

"Mudah-mudahan harga stabil lagi, ekonomi lancar, nggak macet. Seperti zaman Bung Karno, kita bisa beli murah dan menjual dengan harga lebih mahal," tukas dia.(Fik/Nrm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya