Subsidi BBM Sebaiknya Dialihkan Buat Bangun Infrastruktur Gas

Pemerintah harus serius menjalankan program konversi BBM ke bahan bakar gas (BBG)

oleh Nurmayanti diperbarui 25 Nov 2014, 12:54 WIB
Diterbitkan 25 Nov 2014, 12:54 WIB
Toyota Tak Mau Sembarangan Jual Mobil Berbahan Bakar Gas
Jumlah SPBG yang beroperasi di Indonesia baru sebanyak 19 unit.

Liputan6.com, Jakarta - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi seakan memberi sinyal kepada pemerintah dan instansi terkait untuk secara serius menjalankan program konversi BBM ke bahan bakar alternatif lain seperti gas dan biofuel.

Sekretaris SKK Migas Gde Pradnyana mengatakan, pasca kenaikan harga, subsidi BBM sebaiknya dialihkan untuk pembangunan infrastruktur gas dan sistem transportasi massal.

Pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 2.000 per liter. Kenaikan harga ini akan mengurangi besar subsidi BBM di APBN hingga Rp 120 triliun.

"Suplai energi dan transportasi itu dua hal strategis yang wajib dikendalikan dan dilaksanakan oleh negara (pemerintah). Subsidi wajib diarahkan kepada dua hal ini," kata Gde di Jakarta, Selasa (25/11/2014).

Menurut Gde, yang perlu diperhitungkan juga adalah bahwa 90 persen cekungan di Indonesia bagian barat yang kaya minyak sudah dieksplorasi.

Sementara itu, cekungan di kawasan Indonesia timur yang kaya akan gas baru 10 persen yang dieksplorasi.

Berdasarkan kenyataan itu, Indonesia memang akan lebih banyak menghasilkan gas daripada minyak dalam 5-6 tahun ke depan. Tentunya, pola konsumsi juga akan berubah dari minyak menjadi lebih banyak gas.

Gde menegaskan, apapun hambatannya, kebutuhan untuk menjalankan konversi BBM ke BBG sudah sangat mendesak dilakukan.

Selain karena cadangan minyak sudah menipis sementara cadangan gas melimpah, sumber energi ini juga terbukti bersih. Penggunaan gas untuk transportasi juga jauh lebih murah.

Terakhir dia menilai, subsidi juga bisa dialihkan untuk sistem transportasi massal.(Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya