Ini Bedanya Harga Barang RI & Negara Lain Saat Hari Raya

Sistem logistik atau tata niaga di Indonesia masih carut marut, seperti persoalan infrastruktur, regulasi, perizinan sampai ke pungutan liar

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 09 Jan 2015, 16:00 WIB
Diterbitkan 09 Jan 2015, 16:00 WIB
Ini Bedanya Harga Barang di RI & Luar Negeri Saat Hari Raya
Sistem logistik atau tata niaga di Indonesia masih carut marut, seperti persoalan infrastruktur, regulasi, perizinan sampai ke pungutan liar
Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah mengakui sistem logistik atau tata niaga yang buruk menjadi penyebab utama mahalnya harga-harga barang di Indonesia. Kondisi tersebut tidak terpengaruh penurunan harga bahan bakar minyak (BBM). 
 
Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil, kebijakan penurunan harga BBM premium dan solar, seharusnya ikut menyusutkan harga barang maupun komoditas pangan di dalam negeri.
 
"Tapi kenyataannya lain, harga tetap tinggi karena ada kenaikan produk yang diatur pemerintah dan menyumbang inflasi atau administer price," jelas dia kepada wartawan di Jakarta, Jumat (9/1/2015). 
 
Parahnya lagi, sambungnya, sistem logistik atau tata niaga di Indonesia masih carut marut, seperti persoalan infrastruktur, regulasi, perizinan sampai ke pungutan liar (pungli) yang membebani pengusaha sehingga produk lokal tidak mampu berkompetisi dengan barang impor yang lebih murah. 
 
"Sistem logistik atau tata niaga kita nggak sehat. Contohnya setiap Lebaran, harga bahan pangan dan barang selalu tinggi. Apalagi kecenderungan selama ini pemerintah membiarkan, ah biarin saja Lebaran sekali-kali harga tinggi," paparnya. 
 
Berbeda dengan Indonesia, dikatakan dia, harga produk maupun bahan pangan di luar negeri justru mengalami penurunan saat menjelang Natal dan Tahun Baru. "Saat Natal di luar negeri, harga justru sangat murah, sale habis-habisan," tutur Sofyan.
 
Dia mengaku, pemerintah dan pelaku usaha bersama untuk membereskan permasalahan sistem logistik atau tata niaga yang selama ini telah mengakar. "Kita akan bereskan orang-orang yang menguasai komoditas tertentu, seperti pemain gula, pemain minyak, perlu disiplinkan. Nanti pasar yang akan merespon," pungkas Sofyan. (Fik/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya