Liputan6.com, Jakarta - Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) optimistis memasang target pertumbuhan ekonomi 5,8 persen pada tahun ini. Namun sayang, dua lembaga internasional yakni International Moneter Fund (IMF) dan Bank Dunia selalu memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia jauh lebih rendah dari asumsi pemerintah.
Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro geram dengan pengumuman prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang selalu dirilis IMF dan Bank Dunia. Kedua lembaga tersebut sering mengeluarkan proyeksi pertumbuhan sangat rendah bagi negara ini.
Advertisement
Sebagai contoh tahun ini, pemerintah mematok asumsi pertumbuhan ekonomi 5,8 persen. Sementara IMF dan Bank Dunia masing-masing meramalkan 5,1 persen dan 5,2 persen. Sedangkan ADB memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 5,6 persen di 2015.
Advertisement
"Prediksi yang paling dekat memang ADB, sementara IMF dan Bank Dunia selalu meleset, kecenderungan proyeknya selalu ke bawah," ucap Bambang di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (22/1/2015) malam.
Atas dasar itu, Mantan Wakil Menteri Keuangan ini mengaku sering melayangkan kritik kepada IMF dan Bank Dunia karena prediksinya yang menunjukkan sikap pesimistis terhadap perekonomian Tanah Air.
"Kami sering kritik IMF dan Bank Dunia, kenapa sih pesimis terus. Selalu menganggap kami nggak bisa menyelesaikan atau menembus perekonomian Indonesia," tegasnya.
Target pertumbuhan ekonomi paling rendah, sambung dia, di level 5,3 persen di tahun ini. Jika mengaca pada proyeksi ADB 5,6 persen, tambah Bambang, Indonesia perlu bekerja keras untuk mengejar target tersebut.
"Pemerintah harus bisa membuktikan ada pola yang berbeda dengan sebelumnya. Makanya kami lakukan reformasi struktural lewat penghapusan subsidi Premium dan subsidi tetap Solar. Sebab adanya subsidi menguras belanja infrastruktur sehingga daya dorong ekonomi terbatas," jelas dia.
Namun pemerintah Indonesia percaya diri dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,8 persen di tahun ini dengan menjaga daya beli masyarakat dan inflasi 4 plus minus 1 persen. Memacu pembangunan infrastruktur, supaya mendatangkan aliran investasi dan mampu menopang pertumbuhan ekonomi di tengah perlambatan ekspor. (Fik/Ndw)