Liputan6.com, Jakarta - Keinginan PT Pertamina (Persero) meningkatkan keuntungan penjualan elpiji 3 kilogram (Kg) dinilai wajar. Pasalnya keuntungan saat ini sudah tidak sesuai.
Analis Energi dari Bower Group Asia Rangga R. Fadilla mengatakan, saat ini penetapan keuntungan Pertamina dalam menjual elpiji 3 kg masih menggunakan formula lama, sejak 2009 dan belum mengalami kenaikan.
"Penentuan margin yang sekarang berdasarkan formula lama yang dibuat tahun 2009," kata Rangg, saat berbincang dengan Liputan6.com, di Jakarta, Rabu (28/1/2014).
Ia menambahkan, besaran keuntungan Pertamina dalam menjalankan tugas menyalurkan elpiji bersubsidi tersebut kian tergerus karena, keuntungan tetap tetapi berbagai biaya mengalami kenaikan, karena itu wajar jika Pertamina mengusulkan penambahan keuntungan.
"Permintaan itu wajar karena Situasi banyak berubah seperti inflasi, biaya produksi, yang akhirnya berpotensi menggerus margin keuntungan," ungkapnya.
Meski begitu, menurut Rangga kenaikan keuntungan harus dalam besaran yang wajar sesudai dengan kondisi saat ini. "Selama jumlahnya wajar dan mencerminkan kondisi kekinian, nggak ada masalah," tuturnya.
PT Pertamina (Persero) menginginkan kenaikan keuntung dalam memproduksi elpiji 3 Kilo gram (Kg). Karena keuntungannya sangat minim.
Vice President LPG dan Gas Product Pertamina Gigih Wahyu Hari Irianto mengatakan, saat ini diperlukan penyesuaian formula keuntungan baru. Pasalnya, formula yang dipakai sejak 2009.
Gigih mengungkapkan, keuntungan semakin mepet. Karena tidak disesuaikan dengan inflasi, kenaikan biaya produksi dan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP). Hal tersebut tidak hanya diderita Pertamina tetapi lembaga lain seperti Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji (SPBE)
" Pertamina negara kalau dikatakan mepet 1 persen nggak ada apa-apanya tapinya tanggung jawab membina lembaga kita seperti SPBE, kita harusnya berifkir mitra kerja kita swata murni," pungkasnya. (Pew/Nrm)
Energi & Tambang