Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus tertekan hingga menyentuh level Rp 13.050. Sentimen global memicu pelemahan kurs rupiah, terutama imbas dari koreksi pertumbuhan ekonomi China.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara mengungkapkan, pasar merespons pengumuman pertumbuhan ekonomi China terkoreksi ke bawah dari 7,5 persen menjadi 7 persen.
"Biasanya kalau pemerintah China ekspektasi 7 persen, pasar menaruhnya di bawah 7 persen. Karena pemerintah China sebelumnya selalu bicara diangka 7,5 persen dan sekarang diturunkan 7 persen, pasti negara-negara yang ketergantungan ekspor China akan terkena sentimen negatifnya," jelas dia usai acara Fitch Ratings di Hotel Mandarin, Jakarta, Kamis (5/3/2015).
Pelemahan mata uang, tambah Mirza, tidak hanya terjadi pada rupiah, tapi juga mata uang negara lain seperti Malaysia, Korea dan sebagainya. Saat ini, lanjutnya, ada tren penguatan dolar AS terhadap hampir semua mata uang.
"Kemarin ada Ukraina yang menaikkan suku bunga dari 19,5 persen ke 30 persen, termasuk India yang memangkas suku bunga acuan. Tapi masalahnya di sana bukan moneter, melainkan politik internasional. Ini juga menekan sentimen kepada negara berkembang," ujarnya.
Ketika dikonfirmasi soal intervensi BI atau BI akan membiarkan rupiah bergerak sesuai fundamentalnya, Mirza menegaskan BI akan selalu ada di pasar. Dia pun meminta masyarakat tidak khawatir dengan depresiasi rupiah.
"BI selalu ada di pasar. Dan untuk mengurangi volatilitas supaya menjaga suplai valas selalu tersedia di pasar. Jadi jangan khawatir, karena pelemahannya sejalan dengan pelemahan regional" papar dia.
Berdasarkan data Valuta Asing Bloomberg, Senin (5/3/2015), menunjukkan, pada pembukaan pukul 08.00 WIB, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level 12.999 per dolar AS. Namun rupiah terus tertekan hingga menyentuh level 13.050 per dolar pada pukul 08.15 WIB.
Sampai pukul 09.45 WIB, nilai tukar rupiah masih berkutat di level 13.028. Dalam perdagangan sampai siang ini, rupiah berada di kisaran 12.999 per dolar AS hingga 13.052 per dolar AS. (Fik/Gdn)
BI: Mengenai Rupiah, Kami Selalu Ada di Pasar
Penurunan rupiah terjadi karena pasar merespons pengumuman pertumbuhan ekonomi China yang terkoreksi menjadi 7 persen.
diperbarui 05 Mar 2015, 12:02 WIBDiterbitkan 05 Mar 2015, 12:02 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Putra-Putra Mbah Moen Senang saat Ayahnya Wafat, Kenapa? Gus Baha Ungkap Hal Ini
Menteri KP Ungkap Kegiatan Reklamasi Ilegal di Dekat Pulau Pari
La Galigo, Sastra Bugis yang Mengungguli Panjang Naskah Mahabharata
Ini Alasan Mengapa Bumi Tak Berputar Genap 24 Jam
Amalan Pendek Jumat Terakhir Rajab, Khasiatnya Rezeki Lancar Sepanjang Tahun Kata Habib Novel
Timnas Indonesia Punya Jersey Home Baru, Intip 3 Perbedaannya Dibanding Versi Lama
Prabowo Kucurkan Rp 48,8 Triliun, IKN Nusantara Kembali jadi Prioritas?
Tari Pangngadakkang, Warisan Seni Asal Makassar Penuh Nilai Kehidupan
HUT Megawati di Tengah Harapan Pertemuan dengan Prabowo
Perang Bintang di Kudus, 112 Pesepakbola Incar Juara MilkLife Soccer Challenge All-Stars 2025
BUMN Komitmen Tingkatkan Mutu Pendidikan RI, Simak Caranya
Mensesneg Sebut Konsep Baru PPDB Diputuskan Prabowo, Sistem Zonasi Tidak Dihapus