Kekurangan Pengukir, Ekspor Mebel Jepara Terganggu

Kekurangan tenaga ukir juga mengakibatkan kesulitan memenuhi permintaan pasar dalam negeri.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 10 Mar 2015, 12:48 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2015, 12:48 WIB
Kesibukan pengukir di Jepara saat membuat ukiran handycraft.

Liputan6.com, Jepara - Ekspor mebel ukir asal Jepara terganggu karena kekurangan tenaga pengukir. Akibatnya banyak kontrak penjualan dari luar negeri yang sudah ditandatangani belum dikerjakan.

Pengurus Asosiasi Eksportir dan Produsen Handycraft Indonesia, Indrianja menjelaskan, permintaan mebel ukir seperti kaligrafi sebenarnya jauh lebih tinggi dibanding mebel biasa. Namun memang keterbatasan tenaga pengukir yang mahir masih menjadi kendala.

"Permintaan kerajinan kaligrafi tersebut di antaranya sejumlah negara di Timur Tengah dan Malaysia terus meningkat. Saya tidak punya datanya untuk seluruh perajin Jepara, kalau saya sendiri hanya mampu mengirim sekitar 6 buah per bulan, itupun sifatnya bukan barang utama melainkan hanya sebagai pelengkap karena saya masih lebih banyak mengekspor mebel biasa," kata Indrianja, Selasa (10/3/2015).

Ditambahkan, kekurangan tenaga ukir ini juga mengakibatkan kesulitan memenuhi permintaan pasar dalam negeri. Jumlah permintaan dari dalam negeri yang juga terus meningkat. Untuk segmentasi penjualan kaligrafi jika di pasar lokal mulai dari rumah pribadi, kantor, hingga gedung pertemuan.

"Pembuatan kaligrafi ukir sendiri memang membutuhkan waktu yang cukup lama. Untuk ukuran kecil, pembuatannya bisa sampai 2 hari hingga 3 hari. Sedangkan yang berukuran besar dengan diameter sekitar 1 meter, waktu pembuatannya bisa mencapai 1 bulan," kata Indri.

Para pengukir bukannya bertambah, namun justru berkurang. Penyebabnya para pengukir itu memilih menjadi tenaga mebel dibandingkan ukir karena proses ukir membutuhkan waktu lama dan butuh kesabaran ekstra.

"Kalau mebel kan dalam satu hari mereka bisa membuat beberapa produk, jadi kelihatan perkembangannya. Kalau kaligrafi ukir seperti ini sudah berhari-hari tapi belum tentu jadi satu produk," kata Indrianja. (Edhie Prayitno Ige/Gdn)

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya