Kurang Rumah Sakit, Sektor Kesehatan RI Jadi Incaran Investor

Rendahnya jumlah dokter dan rumah sakit di Tanah Air ternyata menjadi peluang tersendiri bagi para investor.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 10 Mar 2015, 18:45 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2015, 18:45 WIB
Ilustrasi Investasi
Ilustrasi Investasi (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta - PT UBS Securities Indonesia memprediksi terdapat tiga sektor di Indonesia yang menarik bagi para investor yaitu infrastruktur, layanan kesehatan dan e-commerce (perdagangan online). Rendahnya jumlah dokter dan rumah sakit di Tanah Air ternyata menjadi peluang tersendiri bagi para investor.

"Ini sangat menarik karena ternyata Indonesia kekurangan dokter dn rumah sakit untuk menyediakan jasa dan layanan kesehatan. Ini memicu para investor  untuk membenaman modalnya di sektor tersebut," terang Head of Investment UBS Indonesia Agung Prabowo dalam acara UBS Indonesia Conference di Jakarta, Selasa (10/3/2015).

Sementara, di sektor e-commerce dia melihat antusiasme yang tinggi dari para investor lantaran prospek ritel online yang memang sangat menjanjikan. Terlebih lagi, dunia internet kini telah menyerap banyak sekali pengguna dengan ketersediaan perangkat elektronik yang mendukung.

"Sekarang orang bangun tidur, bukan pasangannya yang pertama kali dilihat tapi smart phone-nya. Ini indikasi bahwa peluang dan prospek di sektor e-commerce sangat besar," jelasnya. Lagi pula, imbuh Agung, Indonesia merupakan salah satu pasar ritel terbesar di dunia baik dari sisi konsumen maupun produsen.

Sementara di sektor infrastruktur, Agung melihat antusiasme yang tinggi dari para investor. Itu terlihat dari keingintahuan investor yang sangat besar mengenai berbagai proyek infrastruktur yang ada serta progress yang ditunjukkan setiap proyek.

Head of Equities and Research, UBS Indonesia Joshua Tanja juga menambahkan, dengan keseriusan pemerintah di sektor infrastruktur yang terlihat sangat jelas, investor tampak sangat berminat untuk berinvestasi di sektor tersebut. Terlebih lagi dengan pengalihan dana dari pemangkasan subsidi BBM yang mengalir ke sektor infrastruktur.

Target investasi

Dalam lima tahun ke depan, pemerintah memang menargetkan angka uang cukup ambisius dalam hal peningkatan investasi. Wakil Presiden Jusuf Kalla menyebutkan bahwa pemerintah memasang target investasi Rp 3.500 triliun dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Upaya ini ditempuh dalam rangka menggenjot pertumbuhan ekonomi 7 persen.

"Tahun lalu, pertumbuhan ekonomi kita 5,1 persen dari GDP Rp 10 ribu triliun. Pertumbuhan ekonomi 5 persen belum bisa menampung lapangan kerja karena setiap satu persen pertumbuhan hanya menyerap 300 ribu tergantung industrinya," terang Kalla.

Ekonomi Indonesia, dikatakan JK stabil apabila bertumbuh 6 persen sampai 7 persen. Pertumbuhan ekonomi tersebut dapat tercapai apabila Indonesia mendorong investasi infrastruktur, pabrik, kawasan industri dan sebagainya.

"Dengan investasi, pertumbuhan ekonomi muncul, pajak ada, lapangan kerja tersedia dan memperbaiki ekonomi struktural kita karena dampak investasi tiga kali lipat," paparnya.

Dia mengaku, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi satu persen, dibutuhkan investasi sekira Rp 500 triliun per tahun. Dalam periode lima tahun mendatang, Indonesia perlu mengejar sekira Rp 2.500 triliun. (Sis/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya