Liputan6.com, Semarang - Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi sektor yang memiliki daya tahan tinggi menghadapi krisis. Hal itu sudah terbukti dalam beberapa kali krisis yang melanda dunia.
Â
Menurut Kepala BI Kanwil V Iskandar Simorangkir, berdasar pertimbangan itu, Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Wilayah V Jateng-DIY berupaya terus mendorong pertumbuhan sektor UMKM supaya makin berkembang di tengah kondisi pelemahan mata uang rupiah terhadap dolar AS.
Â
"Sesuai dengan data empiris yang terjadi pada krisis ekonomi tahun 1997/1998, UMKM adalah sektor yang paham terhadap krisis dan bisa menjadi tulang punggung daerah," kata Iskandar Simorangkir di Semarang, Selasa (24/3/2015).
Â
Berdasarkan data dari BI, hingga tahun 2014 jumlah UMKM di Jawa Tengah mencapai 3,8 juta usaha. Dari total tersebut bisa menyerap 7,8 juta tenaga kerja. Artinya, tenaga kerja produktif yang berhasil diserap sektor UMKM adalah 49 persen dari total angkatan kerja yang ada.Â
Â
Pada 2013, BI bersama perguruan tinggi menggelar penelitian yang dilakukan di 10 kabupaten/kota se-eks keresidenan Semarang. Tahun ini kerja sama kembali dilanjutkan dengan objek penelitian di 11 kabupaten/kota se-eks karesidenan Kedu dan Pati.
Â
"Meningkatkan info-info seputar komoditas lokal sangat perlu dikembangkan. Dalam hal ini kami ingin membantu pemkab/pemkot dan pemprov, karena tujuan dilakukannya penelitian adalah agar hasil yang diperoleh bisa segera diinformasikan ke publik,"tutur dia.
Â
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjawab tantangan UMKM di setiap daerah. Sektor ini juga harus mempunyai ketahanan yang baik dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mendatang.
Â
BI berharap UMKM tidak hanya menjadi tumpuan pasar di sejumlah negara ASEAN tetapi juga bisa menjadi tumpuan bagi pasar di negara-negara di Eropa, Amerika Serikat, Afrika, dan Australia. (Edhie/Nrm)
Â