Business Talk: Harga Ambruk, Bisnis Batu Bara RI Kian Terpukul

Dalam dua tahun terakhir, harga batu bara terus merosot akibat melimpahnya pasokan. Efeknya, bisnis batu bara di Indonesia kian terpuruk.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 25 Mar 2015, 06:40 WIB
Diterbitkan 25 Mar 2015, 06:40 WIB
Wakil Ketua APBI Pandu Sjahrir
Wakil Ketua APBI Pandu Sjahrir

Liputan6.com, Jakarta - Harga batu bara belum juga bangkit dari keterpurukan. Dalam dua tahun terakhir, harga batu bara terpangkas hingga 40 persen menjadi di bawah US$ 60 per ton. Penyebabnya adalah melimpahnya pasokan batu bara di pasar internasional.

Salah satu biang keroknya yaitu Indonesia, yang merupakan pengekspor batu bara terbesar di dunia. Dalam setahun, ratusan juta ton batu bara dikirim ke luar negeri. Penurunan harga batu bara ini membuat bisnis batu bara di Tanah Air kian terpukul.

Perusahaan tambang pun telah mengencangkan ikat pinggang dengan melakukan efisiensi. Bahkan, data menunjukkan sekitar 40 persen dari tambang yang ada di Indonesia sudah stop operasi.  Pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran tak terelakkan.

Bagaimana prospek bisnis batu bara Indonesia ke depan?

Simak wawancara khusus tim Liputan6.com dengan Wakil Ketua Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Pandu Sjahrir di Kantor Toba Bara, Wisma Bakrie 2, Jakarta, pada Senin, 23 Maret 2015.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya