Dari Jual Premium, Pengecer Bisa Untung Rp 3,4 Juta per Bulan

Keterbatasan SPBU di daerah menjadi kesempatan bagi para pengecer BBM menjual Premium dengan harga tinggi.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 01 Apr 2015, 19:01 WIB
Diterbitkan 01 Apr 2015, 19:01 WIB
Ilustrasi Bensin Eceran
Ilustrasi Bensin Eceran (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta - Keterbatasan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di daerah menjadi kesempatan bagi para pengecer bahan bakar minyak (BBM) menjual Premium dengan harga tinggi. Kebijakan kenaikan harga BBM semakin mengerek keuntungan pengecer.

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) dari hasil riset dan investigasi ke pengecer BBM dengan mitra di enam kota menyebut, pada umumnya para pengecer membeli BBM di SPBU menggunakan jirigen dan mobil yang telah dimodifikasi.

Mobil ini mempunyai tangki BBM dengan kapasitas lebih besar dibanding mobil pada umumnya. Enam kota tersebut adalah Jakarta, Denpasar, Lombok, Pontianak, Bandar Lampung dan Manado.  

"Marjin harga BBM antara harga di SPBU dengan tingkat pengecer cukup jomplang. Contohnya keuntungan berjualan Premium, pengecer bisa mengantongi Rp 1.000-Rp 6.500 per liter di Pontianak. Sedangkan terendah di Denpasar Rp 500 per liter," ujar Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi di kantornya, Jakarta, Rabu (1/4/2015).

 


Sementara di kota Mataram, Lampung, dan Jakarta sambung dia, untung menjajakan Premium sebesar Rp 500-Rp 1.500. Solar memberi keuntungan masing-masing Rp 1.500 (Mataram dan Lampung) serta Rp 1.000-Rp 2.000 di Jakarta. Sedangkan Manado Rp 1.500 untuk Premium dan Rp 1.000-Rp 2.000 per liter dengan jualan Solar.

Data YLKI menunjukkan, para pengecer ini menjual BBM bervariasi mulai dari 5 liter per minggu sampai dapat menjual 600 liter per minggu. Rata-rata BBM yang dijual oleh 108 responden pengecer adalah 131,5 liter per minggu.

Jika umumnya marjin pengecer sebesar Rp 1.000 per liter, maka rata-rata keuntungan diperoleh para pengecer ini sebanyak 131,5 liter per minggu atau sekira Rp 520 ribu per bulan. Bila diitung dengan keuntungan Rp 6.500, maka keuntungannya bisa mencapai Rp 3,42 juta per bulan.

Dari aspek legalitas usaha dagangnya, kata Tulus, sebagian besar para pengecer menjual BBM tanpa izin. Dari sebanyak 108 pengecer, hanya 38 responden yang mengantongi izin penjualan dan sisanya tidak memiliki izin.

Ketua Pengurus Harian YLKI, Sudaryatmo mengaku, semakin jauh lokasi pengecer dari SPBU, maka harga BBM eceran semakin mahal. "Di Papua misalnya masyarakat setempat sudah biasa membeli BBM di atas harga Rp 20 ribu per liter. Karena SPBU terbatas dan jauh," papar dia. (Fik/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya