Dalam 3 Tahun Merauke Harus Jadi Lumbung Padi Internasional

Dengan luas lahan 4,6 juta ha, Merauke mampu menghasilkan padi 60 juta ton per tahun.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 13 Mei 2015, 12:59 WIB
Diterbitkan 13 Mei 2015, 12:59 WIB
Jokowi Ladeni Curhatan Petani di Sawah
Jokowi tampak berbincang dengan para petani untuk menanyakan masalah yang ada di bidang pertanian. Jumat (13/6/14) (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden RI Joko Widodo beberapa hari lalu telah mengunjungi beberapa daerah di Indonesia Timur. Salah satu daerah yang ia kunjungi adalah Merauke. Dari hasil kunjungannya, Presiden Jokowi sangat mengapresiasi kinerja pemerintah kabupaten kota yang aktif dalam mempromosikan potensi investasi di wilayahnya.

"Tiga hari lalu saya ke Merauke, bupatinya sangat aktif sekali menawarkan daerahnya untuk investai sawah padi," kata Jokowi di JI-Expo Kemayoran, Jakarta, Rabu (13/5/2015).

Dijelaskan Jokowi, po‎tensi lahan persawahan di Merauke sangatlah luas, hal itu memang yang seharusnya dikembangkan sejak dulu oleh Merauke. Jokowi mengungkapkan potensi lahan yang ditawarkan Merauke mencapai 4,6 juta hektar (ha).

Degan potensi lahan seluas itu, ditegaskan Jokowi penggarapannya tidak akan menggunakan tenaga manual, dalam hal ini menggunakan mekanisasi dengan mesin.

Dalam hitungan presiden, dengan luas lahan 4,6 juta ha, mampu menghasilkan padi 60 juta ton per tahun dengan tiga kali masa panen dalam setiap tahun. Jumlah tersebut setara dengan jumlah kebutuhan beras nasional saat ini.

"Saya berikan tiga tahun Merauke harus bisa jadi lumbungnya beras bukan hanya nasional tapi internasional," tegas Jokowi.

Dalam pengerjaannya, Jokowi memerintahkan untuk 70 persen lahan dikerjakan oleh perusahaan BUMN dan 30 persen ditawarkan ke investor.‎

Sebelumnya, pemerintah mengungkapkan memastikan tak akan mengimpor beras selama pelaksanaan Ramadan dan Lebaran mengingat stok komoditas pertanian ini mencukupi untuk 5 bulan ke depan.

Namun Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil memastikan Perum Bulog siap mengimpor beras dari negara lain dalam rangka stabilisasi harga beras dan mengendalikan inflasi jika memang diperlukan. "Bulan Puasa dan Lebaran memang tidak perlu impor beras, karena stok cukup 5 bulan ke depan," ujar.

Menurut dia, peluang impor selalu terbuka sambil menunggu realisasi penyerapan beras Bulog pada akhir Mei atau awal Juni 2015. Jika ada kekurangan, maka Bulog siap mengimpor demi stabilisasi harga.
 
"Beras kan makanan utama rakyat Indonesia, jadi harus ada harga yang terjangkau. Selain beras meliputi tepung terigu dan sebagainya," ujar dia.
 
Sofyan menegaskan, beberapa negara tetangga telah siap memasok beras ke Indonesia. Sayangnya dia tidak bersedia membeberkan identitas negara pengimpor tersebut.
 
"Tidak usah khawatir, kita sudah punya kontrak (impor beras) yang belum dilaksanakan. Negara tetangga punya beras banyak," tandas dia. (Yas/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya