Liputan6.com, Jakarta - Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus melakukan edukasi keuangan dan kewirausahaan bagi para tenaga Kerja Indonesia (TKI). Pada kesempatan ini para TKI di Tokyo, Jepang, dikenalkan kepada lembaga dan produk jasa keuangan, seperti perbankan, asuransi, pembiayaan, pasar modal dan lembaga keuangan mikro.
Kepala BNP2TKI, Nusron Wahid menjelaskan, selain mendapat literacy dan edukasi mengenai lembaga keuangan, para TKI juga mendapat pelatihan mengenai perencanaan dan pengelolaan keuangan.
"Saya terima kasih ke OJK. yang mempunyai komitmen melakukan literacy keuangan kepada yang belum beruntung, salah satunya TKI. Sebab banyak di antara mereka yang waktu mau berangkat utang dan waktu pulang kembali jual tanah, karena tidak bisa mengelola uang hasil kerjanya. Ini penting harus diedukasi," ujarnya seperti dikutip dalam keterangan tertulis, Minggu (24/5/2015).
Dalam acara yang diikuti sekitar 200 TKI tersebut, menghadirkan pembicara Deputi Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Sri Rahayu Widodo, Direktur Pelayanan Konsumen Sondang Martha Samosir, Kepala Cabang BNI Tokyo dan beberapa pejabat di lingkungan KBRI Tokyo Jepang.
Menurut Nusron, banyak TKI di luar negeri yang gagal karena lebih disebabkan tidak bisa mengelola uang yang didapat dengan baik dan produktif. "Banyak yang terjebak pola hidup konsumtif, sehingga mau pulang malu, dan akibatnya banyak yang jadi overstayer." jelasnya.
Menjadi TKI, kata Nusron, seharusnya hanya sasaran antara antara atau jembatan menuju sukses dalam menata masa depan. "Jangan sampai orang jadi TKI seumur hidup. Uang yang sudah didapat harus dimulai untuk belajar berusaha dan ke depan harus menjadi pengusaha." tambahnya.
Menurut Data BNP2TKI, di Jepang ada sekitar 30 ribu WNI, 14 ribu di antaranya pekerja dengan mekanisme antara pemerintah Indonesia dan Jepang. Ada yg menjadi tenaga magang (kenshushei) di perusahaan manufaktur, konstruksi, jasa dan pertanian, tenaga perawat (kangoshi) dan careworker (kaigofukushishi). Gaji mereka dapat antara 120.000 yen sampai 250.000 yen atau serata Rp 15 juta per bulan sampai Rp 30 juta per bulan.
Dari pendapatan tersebut devisa yang dikirim melalui remitansi mencapai sekitar Rp 2 triliun setiap tahunnya. "Ke depan dengan ditutupnya Timur Tengah, yang akan ke Jepang tambah banyak. Apalagi akan ada proyek olimpiade di Jepang. Devisa juga akan tambah meningkat," pungkas Nusron. (Ndw/Gdn)
Gandeng OJK, BNP2TKI Edukasi Keuangan untuk TKI di Jepang
Menurut Data BNP2TKI, ada sekitar 30 ribu WNI di jepang dan 14 ribu di antaranya pekerja dengan mekanisme antara pemerintah.
Diperbarui 24 Mei 2015, 19:53 WIBDiterbitkan 24 Mei 2015, 19:53 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
EnamPlus
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
VIDEO: Program Makan Bergizi Gratis, Pemerintah Gelontorkan Rp1-2 Triliun per Bulan
Kerek Penjualan sebelum Lebaran, TVS Kasih Harga Spesial untuk Callisto 110
Prabowo Perintahkan TNI-Polri Bantu Penanganan Banjir di Jabodetabek
Pepaya Manis Menggoda, Apakah Aman untuk Menjaga Gula Darah?
Biji Selasih Terbuat dari Apa: Asal Usul, Manfaat, dan Cara Mengolahnya
Retouch Hair Transplant, Perbaikan Transplantasi Rambut yang Gagal
Potret Asri Welas Jalani Melukat, Happy Salma Ajarkan Budaya Bali
Lionel Messi Bidik Piala Dunia Antarklub 2025 Bersama Inter Miami
Setelah Taylor Swift, Singapura Dirumorkan Teken Kontrak Konser Eksklusif Lady Gaga di Asia Tenggara
Temuan KPPU: 8 Komoditas Pangan Dijual Diatas Harga HET Jelang Bulan Ramadan
Panduan Lengkap Bacaan Sholat Muhammadiyah, dari Niat Hingga Salam
LinkedIn: Tenaga Kerja Indonesia Belum Punya Keterampilan AI yang Mumpuni