Pertamina Siapkan Pulau Sambu Jadi Pesaing Singapura

Keberadaan Terminal BBM Sambu akan mendukung bisnis Oil Trading Pertamina di wilayah regional Asia Tenggara.

oleh Septian Deny diperbarui 21 Jun 2015, 16:47 WIB
Diterbitkan 21 Jun 2015, 16:47 WIB
Terminal BBM Sambu.
Terminal BBM Sambu.

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) tengah merampungkan proyek pembangunan Terminal BBM (TBBM) Sambu dengan nilai investasi mencapai US$ 94 juta. Bila proyek ini selesai, maka diharapkan bisa menjadi pesaing bagi TMMB yang dimiliki oleh Singapura saat ini.

Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto mengatakan letak Pulau Sambu yang berada di Selat Malaka dan berdekatan dengan Singapura merupakan jalur yang strategis di mana banyak kapal yang melintasi selat tersebut dan melakukan pengisian bahan bakar.

"Ini di Selat Malaka, kapal-kapal internasional melewati itu yang selama ini mereka isi bahan bakar di Singapura, ini market besar untuk jasa pengisian ini," ujarnya di Pulau Sambu, Kepulauan Riau, seperti ditulis Minggu (21/6/2015).

Dwi mengungkapkan, keberadaan TBBM ini akan mendukung bisnis Oil Trading Pertamina di wilayah regional Asia Tenggara, khususnya untuk jenis bahan bakar MFO dan HSD standard internasional. Total market MFO dan HSD di Selat Malaka diperkirakan mencapai 45 juta kilo liter (KL) per tahun.

"Kami harapkan bisa tangkap ini. Pulau Sambu ini kami kembangkan untuk bisa bersaing dengan Singapura. Pertamina harus bisa mencari asal bahan bakar yang harganya kompetitif dengan yang ada di Singapura," kata dia.

Sementara itu agar mampu bersaing dengan Singapura, lanjut Dwi, TMMB Sambu harus mampu menjual bahan bakar dengan harga yang lebih kompetitif. Oleh sebab itu, Pertamina juga harus mencari sumber bahan bakar yang lebih murah.

"Nanti kami lihat (sumbernya). Salah satu yang paling besar dari negara-negara di Timur Tengah, mungkin juga Rusia. Yang penting dari titiknya lokasi sama. Apa yang bisa kita cari yang bisa lebih unggul dari Singapura, sehingga orang mau pindah," jelasnya.

Meski demikian, Dwi menegaskan bahwa harga bukan satu-satunya indikator agar mampu bersaing dengan Singapura. Jika ada fasilitas lain yang bisa dikembangkan di pulau ini, bukan tidak mungkin banyak kapal asing yang singgah di pulau seluas 150 hektar (ha) tersebut.

"Belum tahu (lebih murah berapa besar). Apakah lebih murah atau kita lebih lama, daya saing kan tidak di price saja. Misalnya di Sambu bisa dikembangkan bisnis lain. Selain masalah terminal mungkin orang lain mau yang lain juga selain pengisian," tandasnya. (Dny/Gdn)

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya