Konektivitas Bakal Genjot Ekonomi Daerah

Pembangunan infrastruktur dan konektivitas antarwilayah di daerah tertinggal dapat menghilangkan hambatan dalam transportasi.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 01 Jul 2015, 22:15 WIB
Diterbitkan 01 Jul 2015, 22:15 WIB
Menteri Marwan Jafar
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Marwan Jafar. (Kemendes PDTT)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Marwan Jafar optimistis percepatan pembangunan infrastruktur dan konektivitas akan menggerakkan perekonomian daerah tertinggal.

Selain itu, konektivitas dan pembangunan infrastruktur mempercepat pemerataan kesejahteraan ke wilayah yang selama ini kurang tersentuh pembangunan, yang secara otomatis pula akan mengurangi kesenjangan.

"Masalah infrastruktur dan konektivitas selama ini menjadi hambatan utama di daerah tertinggal khususnya yang di pedesaan, jalan-jalan banyak yang berbatu dan berlubang, begitu pula jalan-jalan penghubung dengan daerah-daerah lainnya kondisinya rusak parah tidak bisa dilalui roda empat bahkan untuk sepeda motor juga sulit, inilah yang menjadikan daerah tersebut ekonominya tidak berkembang, terus dalam kondisi tertinggal, inilah yang kita atasi melalui program percepatan infrastruktur daerah," tutur Marwan, di Jakarta, Rabu (1/7/2015).

Dengan membangun infrastruktur dan konektivitas antarwilayah di daerah tertinggal maupun dengan daerah-daerah sekitarnya untuk menghilangkan hambatan dalam transportasi dan interaksi ekonomi, maka kegiatan produksi, perdagangan dan jasa lainnya pun dengan sendirinya akan berkembang.

Masyarakat bisa memasarkan hasil pertanian dan usaha lainnya, dan berbagai sumberdaya yang ada bisa diolah dan dikembangkan menjadi kegiatan usaha produktif yang menggerakkan ekonomi setempat dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.

"Kita harus berani melakukan terobosan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur,  membangun konektivitas untuk mendukung kelancaran kegiatan ekonomi di daerah tertinggal, jadi sekarang kita tidak lagi menggunakan paradigma infrastructure follow people tapi sebaliknya people follow infrastructure, untuk mendukung daerah tertinggal agar ekonominya cepat berkembang, masyarakatnya berpenghasilan dan sejahtera, inilah yang kita gencarkan sekarang ini," kata Marwan.

Marwan menuturkan, tidak memungkiri program percepatan infrastuktur daerah ini membutuhkan anggaran biaya yang sangat besar.

"Memang butuh dana besar, karena itu saya sangat mengharapkan ada penambahan anggaran untuk program percepatan infrastruktur daerah, anggaran tersebut bisa dialokasikan melalui dana alokasi khusus (DAK) bidang transportasi perdesaan untuk mendukung pembangunan konektivitas kawasan perdesaan, daerah tertinggal, wilayah perbatasan dan transmigrasi," ungkap Marwan.

Namun dana besar tersebut sebenarnya sangat layak jika dibandingkan dengan manfaat yang akan dihasilkan, yaitu tumbuhkembangnya aktivitas ekonomi di daerah-daerah tertinggal, terciptanya berbagai peluang kerja dan usaha bagi penduduk lokal, meningkatnya daya beli masyarakat, berkurangnya angka pengangguran dan kemiskinan, meningkatnya kesejahteraan masyarakat, serta meningkatnya produk domestik regional bruto (PDRB) dan pemasukan asli daerah (PAD).

"Saya optimistis percepatan pembangunan infrastruktur dan konektivitas daerah tertinggal akan berdampak nyata terhadap pemerataan kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi antarwilayah di Indonesia, ini akan mendukung target RPJMN pada tahun 2019 pertumbuhan ekonomi daerah tertinggal rata-rata 7,5 persen, angka kemiskinan bisa turun menjadi 12,5 persen, dan indeks pembangunan manusia (IPM) nya mencapai 71,5, dan 80 an daerah tertinggal bisa lepas dari ketertinggalannya dan berkembang menjadi daerah maju dan sejahtera," tutur Marwan. (Tanti Y/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya