Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menyuntikan modal negara ke Perum Bulog sebesar Rp 3 triliun. Langkah ini diambil untuk memperkuat struktur permodalan dan meningkatkan kapasitas usaha perusahaan pelat merah tersebut.
Hal itu tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2015 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke Dalam Modal Perusahaan Umum (Perum) Bulog. Aturan itu diteken Jokowi pada 14 Juli 2015.
“Nilai penambahan modal sebagaimana dimaksud sebesar Rp 3 triliun,” bunyi Peraturan Pemerintah itu dikutip dari laman Setkab.go.id, Rabu (5/8/2015).
Adapun sumber anggaran penambahan modal negara, menurut PP itu, berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2015.
“Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan,” bunyi Pasal 3 PP No. 49 Tahun 2015 yang telah diundangkan oleh Menteri Hukum dan HAM Yasonna H. Laoly itu.
Tambah Beban Kerja
Presiden Jokowi mengakui pemerintah berencana menambah beban kerja Perum Bulog. Tidak hanya mengurusi dan menjaga stok beras namun juga komoditas pangan lainnya.
“Kita siapkan agar Bulog ke depan tidak hanya mengurus beras,” kata Jokowi.
Menurutnya, peranan Bulog dalam menjaga ketahanan pangan nasional sangat penting. Oleh karena itu, pemerintah selalu memisahkan fungsi komersial dari Bulog.
“Bulog itu kan Perum yang fungsinya menyangga, bukan cari untung. Beda dengan PT Pangan Indonesia yang mau dibentuk, itu fungsinya lebih banyak komersial. Sementara Perum Bulog itu penyangga ketahanan pangan,” jelas Jokowi.
Sebelumnya sesuai Keputusan Presiden Nomor 39 Tahun 1978 tanggal 5 November 1978, Bulog mempunyai tugas pokok melaksanakan pengendalian harga beras, gabah, gandum dan bahan pokok lainnya guna menjaga kestabilan harga, baik bagi produsen maupun konsumen sesuai dengan kebijaksanaan umum Pemerintah.
Namun, melalui Keputusan Presiden Nomor 45 Tahun 1997 tugas pokok Bulog dibatasi hanya untuk komoditi beras dan gula pasir. Tugas ini lebih diciutkan lagi dengan Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1998 dimana peran Bulog hanya mengelola komoditi beras saja. (Ilh/Ndw)