Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dinilai belum banyak memberikan pengaruh terhadap industri tepung terigu nasional, meski industri ini masih bergantung pada bahan baku gandum impor.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) Franciscus Welirang mengatakan, hal ini lantaran permintaan akan komoditas tepung terigu pada semester I tahun ini juga menurun, yaitu sebesar 1,5 persen.
"Kebetulan komoditasnya juga turun. Turunnya komoditas dengan pelemahan rupiah kalau bisa sejajar tidak apa-apa. Jadi kebetulan selama ini sejajar," ujarnya di Kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jakarta, Kamis (6/8/2015).
Advertisement
Namun demikian, dia mengkhawatirkan jika permintaan tepung terigu meningkat pada semester II sedangkan rupiah belum kembali menguat, maka industri akan mencari jalan keluar agar tidak mengalami kerugian. Salah satunya yaitu dengan menaikan harga.
"Tapi kalau tidak sejajar, harga barang dari terigu akan naik. Kita kan hanya ikuti harga internasional," lanjut dia.
Franky memperkirakan dalam waktu tak lama lagi permintaan tepung terigu akan kembali meningkat seiring dengan mulai berproduksinya industri pengguna tepung terigu setelah melewati fase libur Lebaran.
"Sesudah Lebaran ini memang masih sepi, jadi banyak industri yang memberikan libur panjang pada karyawannya. Tapi industri tepung terigu nasional sudah mulai mengisi pasar," tandas dia. (Dny/Nrm)