Bom Thailand Hingga Politik Malaysia Bikin Rupiah Jatuh

Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro menuturkan tekanan rupiah memang tidak mudah akhir-akhir ini.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 19 Agu 2015, 21:58 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2015, 21:58 WIB
20150812-Rupiah-Anjlok
Petugas menghitung uang pecahan US$100 di pusat penukaran uang, Jakarta, , Rabu (12/8/2015). Reshuffle kabinet pemerintahan Jokowi-JK, nilai Rupiah terahadap Dollar AS hingga siang ini menembus Rp 13.849. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih dalam tren melemah karena sentimen negatif dari faktor eksternal. Tekanan rupiah bukan saja berasal dari spekulasi kenaikan suku bunga The Federal Reserve/The Fed, tapi juga merembet pada bom Thailand sampai gonjang ganjing politik Malaysia yang terjadi belakangan ini.

Menteri Keuangan (Menkeu), Bambang Brodjonegoro mengatakan tekanan rupiah murni berasal dari faktor eksternal, dimulai dari devaluasi mata uang Yuan dan adanya persepsi pedagang (trader) mata uang terhadap berbagai masalah yang melanda negara-negara di Asia Tenggara.

"Dipersepsikan para trader mata uang bahwa Asia Tenggara ini ada sedikit masalah dengan bom di Thailand, gonjang ganjing politik di Malaysia, Vietnam baru sama men-devaluasi mata uangnya. Jadi tekanan terhadap rupiah memang tidak mudah akhir-akhir ini," jelas dia di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (19/8/2015).

Sebelumnya, dari data Bloomberg, hari ini, nilai tukar rupiah berada pada kisaran level 13.830 pada pukul 10.14 WIB. Nilai tukar rupiah dibuka pada level 13.833 per dolar AS, melemah dari penutupan kemarin yang berada di level 13.800 per dolar AS. Sejak pagi hingga siang, nilai tukar rupiah berada di kisaran 13.815 per dolar AS hingga 13.840 per dolar AS.

Sementara kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat tipis 0,05 persen menjadi 13.824 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya yang berada di level 13.831 per dolar AS. (Fik/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya