Pusat Logistik Berikat Bisa Tekan Impor Kapas dari Malaysia

Setiap tahun Indonesia mengimpor kapas dengan nilai US$ 1,4 miliar dengan volume sekitar 700 ribu ton

oleh Septian Deny diperbarui 01 Okt 2015, 16:10 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2015, 16:10 WIB
Logistik
(http://www.tr-plast.de)

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyambut baik langkah pemerintah membuat payung hukum berdirinya Pusat Logistik Berikat (PLB). Adanya PLB ini diharapkan dapat mempermudah masuknya bahan baku dan menekan impor dan ongkos produksi. Salah satunya adalah untuk bahan baku tekstil yakni kapas yang masih didapat dari Malaysia.

Sekretaris Jenderal API Ernovian G Ismi mengatakan, selama ini kebutuhan akan kapas sebagai bahan baku industri tekstil di dalam negeri dipasok dari Malaysia, karena negara tersebut diperbolehkan membangun gudang penyimpanan. Sehingga kapas-kapas yang asalnya dari Amerika Serikat (AS) disimpan di negeri jiran tersebut.

"Poin penting dari adanya Pusat Logistik Berikat yaitu bahan baku kapas yang semula disimpan di luar Indonesia, yaitu di Malaysia bisa dipindahkan ke Indonesia. Harus mau pemilik barang pindah ke Indonesia. Makanya dibuat aturan yang membuat mereka mau pindah," ujarnya di Kantor API, Jakarta, Kamis (1/10/2015).

Dia menjelaskan, setiap tahun Indonesia mengimpor kapas dengan nilai US$ 1,4 miliar dengan volume sekitar 700 ribu ton. Sedangkan 300 ribu diantaranya berasal dari Malaysia.

"40 persen kapas disimpan di Malaysia yang tiap tahun nilainya US$ 420 juta. Ini sudah berjalan 30 tahun. Adanya PLB bisa memangkas itu, kami ingin semua pindah ke Indonesia," lanjutnya.

Selain itu, adanya PLB dinilai bakal memberikan keuntungan bagi industri tekstil di dalam negeri dengan berkurangnya ongkos logistik. Nantinya, bahan baku kapas tersebut bisa masuk dikirim melalui Cikarang Dry Port (CDP).

"Selama ini hampir sebagian besar 60 persen lewat Tanjung Priok. Sebetulnya wajib dibangun dry port di Cikarang dan Jateng. Respon pengusaha dengan PLB dan masuk lewat CDP mereka diuntungkan. Selain itu, langkah ini bisa membuat kegiatan yang semula diurus calo, bisa dipangkas. Semua anggota API lebih baik ngurus sendiri-sendiri karena selama ini pakai pihak ketiga," katanya.

Menurut Ernovian, pengusaha bisa menghemat sampai 8 persen dari biaya logistik dan gudang yang selama ini menyumbang 25 persen-35 persen dalam biaya produksi.

"Ini bisa pangkas 8 persen dari 25 persen-35 persen biaya ngurus clearance, administrasi perijinan, logistik, gudang dengan catatan kalau pakai Cikarang Dry Port," tandasnya. (Dny/Zul)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya