Importir Borong Dolar AS, BI Gerus Cadangan Devisa

Pembelian dolar AS meningkat pada September seiring ada harapan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 08 Okt 2015, 09:00 WIB
Diterbitkan 08 Okt 2015, 09:00 WIB
Ilustrasi Bank Indonesia
Ilustrasi Bank Indonesia

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa (cadev) merosot US$ 3,6 miliar menjadi US$ 101,7 miliar pada akhir September 2015. Intervensi ini dilakukan dalam rangka stabilisasi nilai tukar rupiah karena tingginya permintaan dolar AS untuk kegiatan impor dan mencicil utang luar negeri.

Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara mengungkapkan, pembelian dolar AS mengalami peningkatan di bulan kesembilan ini akibat ekspektasi pelaku pasar terhadap kenaikan tingkat bunga The Federal Reserve paska rapat Federal Open Market Committee (FOMC).

"September ini ekspektasi orang di pasar cukup banyak tentang kenaikan Fed Fund Rate, jadi pembelian dolar sangat besar," ujar dia saat berbincang dengan wartawan di Jakarta, seperti ditulis Kamis (8/10/2015).

Kebutuhan dolar AS, kata Mirza meningkat seiring kewajiban perusahaan membayar cicilan utang valas dalam jumlah besar di setiap akhir kuartalan. Lanjutnya, importir pun memborong dolar AS sangat besar di September ini atau lebih awal, sementara kebutuhannya baru digunakan beberapa bulan mendatang.

"Mereka khawatir dengan rapat FOMC. Permintaan dolar AS besar tapi suplai yang mau dikonversi menjadi rupiah dari eksportir hanya kecil sekira 10 persen-12 persen. Jadi BI harus masuk (intervensi) untuk melakukan stabilisasi, termasuk di pasar Surat Berharga Negara (SBN). Sehingga jika jumlah cadev turun cukup besar dipakai untuk stabilitas Negeri ini," terangnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Direktur Kesekutif Departemen Komunikasi BI, Tirta Segara menjelaskan tercatat cadangan devisa saat ini sebesar US$ 101,7 miliar. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan dengan posisi cadangan devisa akhir Agustus 2015 sebesar US$ 105,3 miliar.

"Perkembangan tersebut disebabkan oleh penggunaan cadangan devisa dalam rangka pembayaran utang luar negeri pemerintah dan dalam rangka stabilisasi nilai tukar Rupiah," kata Tirta.

Tirta menambahkan, hal tersebut sejalan dengan komitmen Bank Indonesia yang telah dan akan terus berada di pasar untuk melakukan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya guna mendukung terjaganya stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan.

Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa per akhir September 2015 masih cukup membiayai 7 bulan impor atau 6,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. (Fik/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya