Investasi di 3 Sektor Ini Meningkat, RI Siap Hadapi MEA

Realisasi investasi periode Januari-September 2015 untuk sektor industri berorientasi ekspor sebesar Rp 25,7 triliun.

oleh Septian Deny diperbarui 31 Okt 2015, 21:26 WIB
Diterbitkan 31 Okt 2015, 21:26 WIB
Kepala BKPM Franky Sibarani (Liputan6.com/Andrian Martinus)
Kepala BKPM Franky Sibarani (Liputan6.com/Andrian Martinus)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani menyatakan industri dalam negeri semakin siap menghadapi berlakunya pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Hal ini terlihat dari kenaikan realisasi investasi hingga Triwulan III 2015 di tiga sektor prioritas, yaitu industri berorientasi ekspor, industri substitusi impor dan hilirisasi sumber daya mineral. Kenaikan ini diharapkan dapat mendukung kesiapan Indonesia menghadapi berlakunya MEA.

Franky merujuk kepada data realisasi Januari-September 2015 untuk sektor industri berorientasi ekspor sebesar Rp 25,7 triliun atau naik 10,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Industri substitusi impor sebesar Rp 34,5 triliun atau naik 15,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Serta investasi di sektor hilir sumber daya mineral sebesar Rp 33,2 triliun atau naik 66,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

"Paling dekat, kita akan menghadapi pemberlakuan MEA. Salah satu perhatian kita adalah jangan sampai kita hanya menjadi pasar besar bagi produk negara lain, tapi juga dapat memanfaatkan peluang ekspor yang semakin lebar dengan terbukanya pasar. Kenaikan realisasi investasi di ketiga sektor tersebut menunjukkan arah pemerintah untuk mendorong industri kita berdaya saing dan berorientasi ekspor semakin terlihat. Tentu hal tersebut akan mendukung kesiapan Indonesia menghadapi MEA maupun perjanjian perdagangan bebas lainnya," ujar Franky dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (31/10/2015).

Dia mengatakan, BKPM terus berusaha menarik investasi untuk menjadikan Indonesia sebagai basis produksi sehingga tidak hanya dijadikan sebagai pasar produk-produk impor. Menurutnya salah satu fokus investor sebelum menanamkan modalnya di Indonesia dan menjadikannya sebagai basis produksi adalah daya saing ekspor Indonesia, yang salah satu indikatornya perjanjian perdagangan antara Indonesia dengan negara lain.

Franky menconothkan investor sektor tekstil dan sepatu yang menyuarakan perjanjian perdagangan dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa karena berpengaruh terhadap daya saing ekspornya dibandingkan negara lain khususnya Vietnam.

"Jadi pemberlakuan MEA atau perjanjian perdagangan Indonesia dengan negara lain, selain memberi peluang memperbesar ekspor juga menjadi salah satu daya saing Indonesia dalam menarik investasi dari negara lain," kata dia.

Franky juga optimis Indonesia dapat lebih siap menghadapi pemberlakuan MEA maupun perjanjian perdagangan lainnya melihat minat investasi di ketiga sektor terkait.

"Optimisme ini penting karena dengan demikian, pengusaha ekspor juga bisa masuk dan melakukan ekspansi ke negara-negara ASEAN lainnya," ungkapnya.

Sepanjang periode Januari-September 2015, BKPM mengidentifikasi minat investasi di sektor industri beriorientasi ekspor sebesar US$ 480 juta, industri substitusi impor US$ 10,34 miliar dan hilirisasi sumber daya mineral sebesar US$ 58,82 miliar. (Dny/gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya