Menperin Minta Investor AS Tanam Modal di Sektor Ini

Koorporasi asal AS ini diharapkan menanamkan modalnya di sektor industri telematika, industri logam, serta industri makanan dan minuman

oleh Septian Deny diperbarui 13 Nov 2015, 11:02 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2015, 11:02 WIB
Ilustrasi Investasi
Ilustrasi Investasi (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian Saleh Husin mendorong lebih banyak lagi investasi dari perusahaan-perusahaan asal Amerika Serikat (AS). Dari banyaknya sektor investasi di Indonesia, koorporasi asal AS ini diharapkan menanamkan modalnya di sektor industri telematika, logam, makanan dan minuman, serta bidang jasa logistik.

"Investasi dari AS tidak hanya soal angka besaran modal yang masuk. Nama-nama perusahaan besar juga berpengaruh menarik investasi dari negara lain ke Indonesia karena mereka rata-rata multinasional dan mengelola brand kelas global," ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (13/11/2015).

Saat ini perusahaan asal AS yang memutar modalnya di Indonesia antara lain Coca Cola, Google, IBM, Intel, HP, Merck, Nike, Philip Morris, Visa, Procter and Gamble, Boeing dan Ford. Selain itu, di sektor energi dan tambang terdapat nama besar seperti Chevron, Freeport, BP dan ExxonMobil.

"Saya juga melihat sendiri bagaimana perusahaan-perusahaan AS tidak hanya memanfaatkan pasar domestik. Dalam peresmian dan kunjungan pabrik, saya lihat dari dekat bagaimana teknologi tinggi asal AS dioperasikan di Indonesia oleh tenaga kerja lokal dan menggunakan bahan baku dari domestik," kata dia.

Sejauh ini, tutur Saleh, AS memang menjadi negara investor yang penting bagi Indonesia. Sejak 2010 hingga kuartal III 2015, nilai investasi negara itu menduduki ranking ke-3 setelah Singapura dan Jepang. Nilai penanaman modal AS tercatat sebesar US$ 8,24 miliar. Khusus untuk tahun ini yang terhitung sampai September, pengusaha AS sudah menggelontorkan investasi US$ 853,7 juta.

Sesuai kajian Partners in Prosperity: US Investment in Indonesia, target realisasi investasi AS di Indonesia sebesar US$ 61 miliar dalam 3-5 tahun ke depan. Hal ini dapat membantu pemerintah mencapai target investasi dan pertumbuhan.

Saleh juga berharap hubungan bisnis yang lebih kuat akan memberi dampak positif bagi pengembangan industri di Indonesia. "Diharapkan semakin banyak perusahaan AS yang berinvestasi di industri manufaktur di Indonesia," ujarnya.

Menurut dia, peluang peningkatan investasi semakin terbuka seiring dikeluarkannya paket-paket kebijakan ekonomi yang mengusung semangat kemudahan investasi untuk menggerakkan ekonomi dan pengembangan industri nasional. (Dny/Zul)**

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya