Setahun Menjabat, Mentan Sukses Stabilkan Harga Bawang Merah

Masalah besar yang dihadapi Kementan selama satu tahun pemerintahan yaitu melambungnya harga bawang merah saat menjelang dan selama ramadhan

oleh Liputan6 diperbarui 23 Nov 2015, 13:03 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2015, 13:03 WIB
Setahun Menjabat, Mentan Sukses Stabilkan Harga Bawang Merah
Masalah besar yang dihadapi Kementan selama satu tahun pemerintahan yaitu melambungnya harga bawang merah saat menjelang dan selama ramadhan

Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Komite Mahasiswa (KMP) NTB-Jakarta, Johan Jauharin mengapresiasi berbagai gebrakan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dalam menstabilkan harga bawang nasional selama satu tahun memimpin Kementerian Pertanian (Kementan).

Menurut Johan, masalah besar yang dihadapi Kementan selama satu tahun pemerintahan Jokowi-JK yaitu melambungnya harga bawang merah saat menjelang dan selama bulan suci ramadhan di pasaran kota-kota besar seperti DKI Jakarta dan wilayah sekitarnya, Surabaya, Semarang, Solo, Makassar, dan Bandung mencapai Rp 30 ribu hingga 40 ribu per kilogram (kg). Kondisi ini berlangsung di bulan Juli, Juni dan Agustus 2015.

“Harga ini, sungguh mencekik konsumen dan para pedagang pun banyak merugi karena sedikitnya pembeli,” ujar Johan dalam diskusi dengan para mahasiswa dan pemuda NTB di Jakarta yang bertajuk Membangun Pertanian NTB Yang Handal dan Berdaya Saing, Senin (23/11/2015).

Johan mengatakan jika mengacu pada hukum ekonomi yaitu Supply dan Demand, tentu semua kalangan memandang negeri kita krisis stok bawang merah akibat produksi petani yang sedikit. Atas dasar kondisi ini, pemerintah melalui rapat kabinetnya memutuskan untuk mengambil jalan impor. Kebijakan ini dianggap ampuh untuk menstabilkan harga bawang merah di pasaran. 

Namun, Johan mengatakan Kementan tidak tinggal diam. Melalui Menterinya yang memiliki energi tawaf dan lihai bergerak secara spiral dalam memastikan stok dan harga bawang merah, Kementan menggandeng Perum Bulog, pimpinan DPR RI, Komisi IV DPR RI dan Kementerian Perdagangan melakukan inspeksi mendadak dan operasi pasar secara besar-besar dan rutin di berbagai pasar yang ada di daerah Jabodetabek, Jawa Barat, Solo, Brebes, Banyuwangi, Manado, Makassar, Jeneponto, dan Bone selama menjelang masuknya dan saat Bulan Ramadhan.

“Tidak hanya itu, Menteri Pertanian pun gencar melakukan panen raya bawang merah di daerah penghasil dan sentral produksi. Tercatat, Menteri Pertanian melakukan panen bawang di Nganjuk Jawa Timur, Berebes Jawa Tengah, Bone Sulawesi Selatan, dan Bima Nusa Tenggara Barat. Ini dilakukan untuk membuktikan stok bawang merah dalam negeri masih tersedia dan cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional,” tutur Johan.

Johan menuturkan faktanya terbukti produksi dan stok bawang merah dalam negeri mencukupi
kebutuhan nasional. Produksi bawang merah di Bima mencapai 40 ribu ton dan Brebes sebanyak 50 ribu ton sehingga produksi total di 2 daerah sentral ini sebanyak 90 ribu ton. Total produksi ini mampu memenuhi kebutuhan bawang merah nasional saat menjelang dan bulang Bulan Ramadhan yang hanya 80 hingga 90 ribu ton.

Strategi Pemangkasan Rantai Tata Niaga...

1

Setahun Menjabat, Mentan Sukses Stabilkan Harga Bawang Merah
Masalah besar yang dihadapi Kementan selama satu tahun pemerintahan yaitu melambungnya harga bawang merah saat menjelang dan selama ramadhan

Menurut Johan, kesuksesan ini karena Mentan miliki gebrakan khusus yakni menerapkan strategi pemangkasan rantai tata niaga yang mencapai 7 rantai menjadi 4 rantai dan membangun Toko Tani Indonesia (TTI).

“Panjangnya rantai tata niaga tersebutlah yang memicu melonjaknya harga bawang merah,” ujar Johan.

Data Kementerian Pertanian menyebutkan, sampai sekarang ada sedikitnya 100 TTI tersebar di Jabodetabek. Dalam rencana anggaran 2016 yang diajukan ke Komisi IV DPR RI, Kementerian Pertanian mengalokasikan Rp 200 miliar untuk pembangunan 1000 TTI sepanjang tahun depan. Pola TTI yaitu memperbesar peran Perum Bulog sebagai penyedia stok pangan. Perum Bulog nantinya akan menyerap langsung dari petani dan akan disuplai ke TTI seluruh Indonesia.

Johan menjelaskan, strategi pemangkasan rantai tata niaga tersebut dilakukan Mentan yaitu dengan
menggandeng Perum Bulog membeli langsung bawang merah di tingkat petani daerah Bima sebesar Rp. 6000 hingga Rp. 7.000 per kilogram dan Brebes sebesar Rp 10.000 per kilogram. Bawang merah tersebut mengguyur pasar di DKI Jakarta, Jawa Timur, Lampung, Sulawesi Selatan hingga Papua.

“Sehingga harga bawang merah di DKI Jakarta dan wilayah sekitanya yang Rp 30.00 hingga 40.000 per kilogram, langsung terkerek hingga Rp17.000 per kilogram. Langkah ini pun spontan membuat Presiden Jokowi membatal impor yang telah diputuskan dalam siding kabinet,” jelas Johan.

Selain itu, dengan gebrakan yang diterapakan Mentan tersebut, menurut johan, Kementan sampai saat ini sukses mengekspor bawang merah sebanyak 4.500 ton.

“Kemudian, bawang merah Bima menjadi terkenal dan dinobatkan sebagai bawang merah berkualitas super dari bawang merah daerah lain. Artinya bawang merah Bima akan memiliki peluang bisnis yang ke depannya. Ini berkat kerja keras Menteri Pertanian,” pungkasnya.

“Dengan demikian, Mentan sukses membuktikan stok bawang merah dalam negeri tersedia, sehingga kebijakan impor yang telah ditetapkan pada sidang kabinet dibatalkan,” tegas Johan.

(Adv)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya