‎Investasi Belum Optimal, Dubes AS Minta BKPM Buat Desk Khusus

Realisasi investasi Amerika Serikat pada periode Januari-September 2015 sebesar US$ 854 juta.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 25 Nov 2015, 12:42 WIB
Diterbitkan 25 Nov 2015, 12:42 WIB
20151026-BKPM Luncurkan Layanan Investasi 3 Jam-Jakarta
Konsumen saat melakukan pendaftaran layanan investasi 3 jam di kantor BKPM, Jakarta, Senin (26/10/2015). Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) merupakan komitmen pemerintah demi memberikan pelayanan prima kepada investor. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Selain mengusulkan 11 sektor bidang usaha agar lebih terbuka untuk investor asing, kunjungan Duta Besar Amerika Serikat Indonesia Richard O Blake ke Indonesia juga dimanfaatkan untuk menyampaikan usulan mengenai pembentukan desk yang khusus bertugas membantu dan memfasilitasi investor Amerika Serikat (AS). Penempatan desk ini diharapkan dapat berperan dalam meningkatkan investasi Amerika Serikat di Indonesia yang belum mencapai level optimal.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengakui bahwa pihaknya merespons positif usulan yang disampaikan oleh Duta Besar Amerika Serikat tersebut.

“Dubes Amerika Serikat pada 24 November 2015 kemarin sempat bertanya apakah sudah ada desk AS di BKPM? Belum. Mereka akan mengusulkan pembentukan desk Amerika Serikat di BKPM,” ujarnya dalam keterangan resminya pada pers, hari ini (25/11/2015).

Menurut Franky, desk AS tersebut dapat berkontribusi positif bagi BKPM untuk meningkatkan arus investasi yang masuk ke Indonesia. Dia menegaskan bahwa nilai investasi Amerika Serikat di Indonesia saat ini belum mencapai level yang optimal.

“Tim marketing officer yang dimiliki oleh BKPM guna menangani Amerika Serikat dan Eropa. Oleh karena itu, keberadaan desk Amerika Serikat tentu akan lebih spesifik membantu menjangkau investor-investor Amerika Serikat yang akan menanamkan modalnya di Indonesia,” ujarnya.

Dari data Foreign Direct Investment (FDI) Market periode 2010 hingga September 2015, investasi Amerika Serikat ke seluruh dunia mencapai US$ 694 miliar. Indonesia berada di peringkat 25 tujuan investasi AS dengan menyerap nilai investasi US$ 7,1 miliar atau hanya setara dengan 1,03 persen.


Franky menambahkan sebenarnya potensi untuk menarik investasi dari Amerika Serikat masih cukup besar mengingat sektor utama investasi Amerika belum banyak yang menanamkan modalnya di Indonesia. Mengutip data Financial Times, lima sektor utama investasi Amerika Serikat ke seluruh dunia adalah komunikasi, software dan pelayanan IT, otomotif, energi dan sektor kimia.

Bulan Oktober lalu, Presiden Jokowi bersama Kepala BKPM juga sempat melakukan kunjungan ke Amerika Serikat dan berhasil membawa kesepakatan bisnis yang terkait dengan investasi senilai US$ 2,4 miliar.

“Kami akan pelajari keberadaan desk Amerika Serikat karena dalam prosesnya dibutuhkan surat permintaan resmi dari Kedutaan Besar Amerika Serikat. Setelah itu dilakukan pembahasan, terutama terkait pembiayaan maupun hal-hal terkait teknis operasional desk tersebut di BKPM,” ujarnya.

Saat ini BKPM telah memiliki beberapa desk yang secara spesifik membantu memfasilitasi investor-investor dari negara mitra investasi, di antaranya Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan yang terakhir adalah Uni Eropa. Negara-negara tersebut menempatkan 1-2 orang perwakilannya di BKPM dibantu dengan beberapa staf lokal.

BKPM juga memiliki kantor perwakilan di Amerika Serikat yang berlokasi di New York. Kantor Indonesia Investment Promotion Center tersebut bertugas untuk memfasilitasi dan merealisasikan minat investasi pengusaha Amerika Serikat yang berminat untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Merujuk data yang dirilis oleh BKPM, Amerika Serikat sendiri masuk dalam daftar 5 besar negara yang paling banyak menanamkan modalnya di Indonesia. Realisasi investasi Amerika Serikat pada periode Januari-September 2015 sebesar US$ 854 juta.

Sementara itu, total investasi Amerika di Indonesia periode 2010-September 2015 sebesar US$ 8,0 Miliar dan menduduki peringkat ke-3 (ketiga) di bawah Singapura dan Jepang.

Lima sektor terbesar adalah pertambangan US$ 7,2 Miliar, perdagangan atau reparasi US$ 258 Juta, industri makanan US$ 167 Juta, industri alat angkut US$ 142 juta, dan industri kimia dan farmasi US$ 56 juta. (Yas/Gdn)**

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya