Liputan6.com, Jakarta - Pembangunan infrastruktur, konstruksi yang terus tumbuh, dan industri termasuk galangan kapal dan otomotif membutuhkan bahan baku baja. Kebutuhan baja kasar (crude steel) tercatat terus menanjak, dari 7,4 juta ton pada 2009 menjadi 12,7 Juta ton pada 2014.
Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan, guna memenuhi permintaan baja domestik dan menghindari ketergantungan yang tinggi terhadap baja impor, maka masih diperlukan banyak investasi di sektor baja.
"Hal ini diperlukan juga untuk dapat memenuhi kebutuhan pembangunan infrastruktur di Indonesia yang diperkirakan sekitar Rp 5.000 triliun sampai dengan 2019 dan membutuhkan baja sekitar 17,5 Juta ton per tahun," ujar dia di Jakarta, Rabu (25/11/2015).
Advertisement
Industri besi dan baja juga menjadi salah satu industri prioritas lantaran merupakan bahan baku dasar bagi industri lainnya antara lain industri galangan kapal, industri di sektor migas, alat berat, otomotif, dan eletronika.
Selain itu, industri besi dan baja adalah salah satu pendukung utama dalam rangka pembangunan infrastruktur di Indonesia antara lain jalan, bandara, pelabuhan, rel kereta api, dan beberapa fasilitas lainnya.
Baca Juga
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), jumlah perusahaan industri baja nasional hulu dan hilir sebanyak 1.167 perusahaan. Secara total industri baja nasional hulu dan hilir mampu menyerap 300.309 orang tenaga kerja.Saleh mengungkapkan, industri hilir besi baja nasional tumbuh lebih cepat dibanding dengan industri hulunya.
Salah satunya disebabkan karena besarnya investasi yang diperlukan.Perbedaan kapasitas industri ini menyebabkan suplai bahan baku domestik baik untuk industri intermediate maupun industri hilir saat ini masih belum mencukupi.
"Kondisi ini merupakan salah satu penyebab hadirnya produk besi baja impor yang cukup signifikan," kata dia.
Menilik hal ini, Kemenperin terus mendorong hilirisasi industri mineral yang diharapkan investasi di bidang pengolahan berbasis mineral dapat memenuhi kebutuhan baja kasar sebagai bahan baku industri baja intermediate dan hilir.
Saat ini, lanjut Saleh, tumbuhnya industri baja hulu menunjukkan ke arah yang positif. Jika sebelumnya hanya diwakili PT Krakatau Steel dengan teknologi HYLS atau Reduksi Langsung, namun sekarang telah tumbuh beberapa industri baja hulu antara lain PT Krakatau Posco, PT Indoferro, PT Meratus Jaya Iron and Steel, PT Delta Prima Steel, dan Gunung Steel Group melalui PT Gunung Raja Paksi serta PT Gunung Gahapi Sakti.
"Diharapkan dengan tumbuhnya industri besi baja khususnya industri hulu maka tidak terjadi bottle neck di produk intermediate dan industri hilir," kata dia. (Dny/Ahm)