Penjualan Mobil Anjlok, Industri Komponen Tercekik

Menurunnya penjualan mobil pada tahun ini tidak hanya berdampak negatif terhadap produsen kendaraan roda empat

oleh Septian Deny diperbarui 02 Des 2015, 16:05 WIB
Diterbitkan 02 Des 2015, 16:05 WIB
20151117-Mengintip Proses Perakitan All New Kijang Innova di Pabrik Toyota TMMIN-Karawang
Foto yang diambil pada 16 November 2015 memperlihatkan pekerja tengah merakit mobil All News Kijang Innova di Pabrik TMMIN Karawang. Mobil baru tersebut akan memberi warna baru pada perkembangan pasar MPV dalam negeri. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menurunnya penjualan mobil pada tahun ini tidak hanya berdampak negatif terhadap produsen kendaraan roda empat. Penurunan ini juga turut mempengaruhi industri komponen dan alat-alat kendaraan bermotor.

Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Alat-alat Mobil dan Motor (GIAMM) Hadi Surjadipradja mengatakan,  penjualan mobil pada tahun ini yang diperkirakan turun 18 persen-20 persen dibandingkan tahun lalu. Hal ini membuat permintaan akan komponen otomotif di dalam negeri juga mengalami penurunan.

"Industri kita sekarang kondisinya lagi parah, karena penjualannya turun. Contoh, mobil kan sekarang turun 18 persen-20 persen, dari 1,2 juta unit (target awal di tahun ini) menjadi 1 juta unit (revisi target)," ujarnya di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (2/12/2015).

Dia mengungkapkan, dengan kondisi ekonomi yang belum juga pulih serta menurunnya penjualan mobil di dalam negeri membuat industri komponen otomotif berada dalam posisi sulit. Satu-satunya yang menolong yaitu stabilnya penjualan mobil jenis tertentu. Namun hal tersebut hanya dirasakan oleh industri yang memproduksi komponen untuk jenis mobil tersebut.

"Kita kan suplai ke industri (mobil). Kalau industri turun, masa kita produksi banyak. Kita kan ikuti pasar. Ada yang membantu itu kalau model yang kita suplai penjualannya bagus, ya kita juga bagus. Tapi kalau modelnya turun ya kita juga turun," kata dia.

Selain menurunnya penjualan mobil, industri komponen juga semakin diberatkan dengan bea masuk bahan baku yang masih tinggi, khususnya untuk baja. Padahal menurut Hadi, kualitas baja yang dihasilkan di dalam negeri masih banyak yang belum sesuai dengan permintaan dari produsen mobil.

"Soal kualitas tidak bisa ditawar, kita mengikuti standar pabriknya atau prinsipalnya. Tapi yang jelas mereka minta kualitas yang lebih tinggi dari SNI (Standar Nasional Indonesia). Makanya produsen lokal yang bikin baja cuma bisa ngomong, ujung-ujungnya tidak (bisa menyamai kualitas baja impor). Akhirnya walaupun bea masuknya naik kita tetap terpaksa impor," tandas dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya