Liputan6.com, Jakarta - Keberadaan pasokan listrik menjadi salah satu kebutuhan utama dalam sebuah kawasan industri. Beberapa kawasan industri sulit berkembang karena terkendala karena minimnya pasokan listrik. Namun tidak begitu dengan kawasan industri Bantaeng, Sulawesi Selatan.Â
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Franky Sibarani menjelaskan, kawasan industri Bantaeng sangat menarik bagi investor karena memiliki wilayah yang cukup luas. Selain itu, pasokan listrik ke wilaya industri tersebut juga terjamin. "Di Bantaeng ini, PT PLN (Persero) sudah siap. Artinya, tidak ada alasan kendala listrik," jelasnya saat mengunjungi kawasan tersebut, Selasa (8/12/2015).Â
Baca Juga
Ia melanjutkan, adanya jaminan pasokan listrik tersebut tidak hanya untuk saat ini saja namun juga untuk beberapa periode ke depannya. Semakin berkembang kawasan tersebut maka kebutuhan listrik juga semakin besar. Untuk di Bantaeng, lahan industri yang tersedia mencapai 3.000 hektare. Untuk itu, pasokan listrik untuk beberapa tahun ke depan harus tersedia.
"Berarti kita harus berpikir jauh ke depan. Salah satu yang dilakukan oleh Pak Bupati adalah menyediakan membangun power plan. Membangun power plan tanpa meninggalkan apa yang sudah dan sedang disiapkan oleh PLN. Jadi ini seiring, sejalan," ucap dia.Â
Franky juga mengapreasiasi peran serta dari pemerintah daerah yang serius mengembangkan kawasan tersebut. Ia menjelaskan, selama satu tahun ia mengampu jabatan kepala BKPM, selain dukungan dari pemerintah pusat, peran serta dari pemerintah daerah juga menjadi kunci keberhasilan investasi.Â
"Tidak ada investasi yang sukses di suatu daerah tanpa dukungan kepala daerah. Saya yakin Bantaeng ke depan akan jadi tujuan investasi," tandasnya.
Seperti diketahui, Kawasan industri Bantaeng dikembangkan melalui kerjasama Perusahaan Daerah Bajiminasa Kabupaten Bantaeng, ISDN Bantaeng Pte Ltd dan PT Centuri Indonesia Sekawan. Dalam cetak birunya, kawasan tersebut memiki lahan seluas 3.000 hektare dengan rencana investasi mencapai US$ 4 juta.
Sejauh ini telah ada dua perusahaan yang merealisasi investasi di kawasan industri tersebut dengan merealisasikan pabrik pengolahan nikel (smelter nikel). Dua smelter tersebut telah memasuki masa konstruksi. Adapun dua perusahaan itu ialah PT Titan Mineral Utama (TMU) dan PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia (HNAI) dengan total rencana investasi sebesar Rp 6,4 triliun.
TMU yang berstatus Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dengan rencana investasi Rp 4,7 triliun. Lalu, HNAI berstatus Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar US$ 130 juta atau sekitar Rp 1,7 triliun (estimasi kurs Rp 13.500 per dolar AS). (Amd/Gdn)