Minyak Dunia Sentuh US$ 36,11/Barel, Terendah dalam 11 Tahun

Minyak acuan dunia berada di level US$ 36,11 per barel untuk pengiriman Februari.

oleh Zulfi Suhendra diperbarui 23 Des 2015, 11:21 WIB
Diterbitkan 23 Des 2015, 11:21 WIB
Ramai PHK Pekerja Migas
Imbas turunnya harga minyak dunia ternyata mengguncang perusahaan-perusahaan besar migas di dunia.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak dunia menyentuh level paling rendah dalam 11 tahun terakhir. Minyak acuan dunia berada di level US$ 36,11 per barel untuk pengiriman Februari.

Minyak mentah acuan Brent LCOc1 untuk pengiriman Februari berada di level US$ 36,11 per barel setelah sebelumnya menyentuh harga US$ 35,98 di bawah harga terendah selama 11 tahun.

Sementara itu, harga minyak mentah Amerika Serikat (AS), West Texas Intermediate (WTI) CLc1, mengalami kenaikan 0,92 persen atau 33 sen menjadi US$ 36,14. Ini masih berada di level yang terendah, tak jauh berbeda dengan harga minyak Brent.

Kedua minyak mentah acuan tersebut sebelumnya meroket setelah American Petroleum Institue (API), grup industri dan perdagangan, merilis data yang menunjukkan penurunan persediaan yang mengejutkan. Harga West Texas naik ke US$ 36,46, sementara Brent merangkak ke level US$ 36,38 per barel.

API memperkirakan persediaan anjlok 3,6 juta barel pada akhir pekan 18 Desember lalu dibandingkan dengan kenaikan 1,1 juta barel yang diharapkan.

"Dengan pelarangan ekspor AS ditingkatkan, kita melihat penyebaran bisa runtuh dan ini akan berlanjut saat permintaan untuk West Teexas Intermediate meningkat," tutur Matthew Perry, partner di Kronenberg Capital Advisors, dilansir dari Reuters, Rabu (23/12/2015).

"Kita memperkirakan penyebaran tersebut akan tetap berada dalam zona sempit dan pada saatnya nanti WTI bakal berada di level premium," tuturnya.

Sementara itu, Arab Saudi, eksportir minyak terbesar di dunia, mengatakan telah menembak jatuh sebuah rudal balistik yang menuju Kota Jizan, di mana kilang baru dan terminal minyak berada di bawah konstruksi. Saudi Aramco mengatakan semua fasilitas di daerah itu dalam situasi yang aman dan normal.

Kondisi kelebihan pasokan diperkirakan akan terus berlanjut hingga tahun depan.

"Kami melihat kelebihan pasokan sebagai terus hingga tahun depan sebelum rebalancing pada kuartal keempat 2016," kata Goldman Sachs dalam sebuah laporannya.

Analis Goldman mengatakan pasokan 1,5 juta per hari yang lebih tinggi dari perkiraan tampaknya akan diperpanjang hingga paruh tahun pertama 2016.**

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya