Liputan6.com, Jakarta - Kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga energi seperti harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif listrik pada awal tahun ini disambut baik pengusaha makanan dan minuman (mamin) di dalam negeri.
Ketua Gabungan Pengusaha‎ Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI), Adhi S Lukman mengatakan, bagi pengusaha, penurunan harga energi ini menjadi kompensasi dari kenaikan upah minimum provinsi (UMP) yang mengalami kenaikan setiap tahunnya.
"Ini akan bantu industri makanan dan minuman mengurangi harga pokok, untuk imbangi kenaikan UMP. UMP ini kan sudah naik, supaya harga produk harga tidak tinggi. Jadi penuruan gas, listrik, dan BBM diharapkan ikut turunkan itu," ujarnya di Jakarta, Jumat (8/1/2015).
Selain itu, pengusaha makanan dan minuman juga berharap pemerintah bisa menekan tingkat inflasi. Pasalnya saat ini inflasi Indonesia menjadi yang tertinggi di kawasan ASEAN. Jika harga energi turun dan inflasi rendah, Adhi meyakini daya beli masyarakat yang pada tahun lalu menurun perlahan bisa kembali meningkat dan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di tahun ini.
"Kita juga harapkan inflasi Indonesia diturunkan sekecil-kecilnya karena inflasi Indonesia tertinggi di ASEAN. Kalau inflasi harga produk tinggi dan daya beli masyarakat yang kasihan dan daya saing kita kalah. Ini diharapkan tidak terjadi di 2016," jelasnya.
Baca Juga
Khusus untuk pengusaha di sektor transportasi dan logistik, Adhi berharap para pengusaha tersebut mau menurunkan biaya logistiknya. Dengan penurunan harga BBM, lanjut dia, seharusnya biaya angkut barang juga ikut diturunkan.
Pasalnya selama ini biaya logistik di Indonesia menjadi yang paling mahal di ASEAN yaitu mencapai 27 persen. Sedangkan negara seperti Singapura dan Malaysia mampu menekan biaya logistiknya dibawah 15 persen.
"Kita harapkan teman-teman di sektor transportasi untuk turunkan karena BBM ini sudah turun. Sektor transportasi belum turun. Bahkan ada suara katanya belum mau turun," tandasnya.
Untuk diketahui,  harga BBM jenis Premium dan Solar bersubsidi turun pada Selasa (5/1/2015) pukul 00.00. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi I Gusti Nyoman Wiratmaja mengatakan penurunan harga tersebut berdasarkan pertimbangan berbagai parameter, seperti harga referensi minyak periode tiga bulan.
Harga untuk Gasoline 92 (bensin) rata-rata sebesar US$ 57,38 per barel dan untuk Gasoil (solar) rata-rata sebesar US$ 54,80 per barel.
"Selain itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (kurs), biaya penyimpanan, biaya distribusi BBM untuk menjangkau seluruh wilayah NKRI, pajak (PPN dan PBBKB) dan marjin untuk badan usaha penyalur (SPBU). Pemerintah menetapkan kebijakan harga BBM," kata Wiratmaja. (Dny/Gdn)
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6