Liputan6.com, Wonogiri - Pemerintah tengah mendorong investasi padat karya di seluruh daerah di Indonesia. Saat ini, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sudah meluncurkan program investasi padat karya tahap III.
Dari berbagai investasi yang sudah ada dan pengajuan investasi beberapa pemodal asing, BKPM mencatat banyak pengusaha yang memilih Jawa Tengah sebagai lokasi investasi di industri padat karya ini.
Kepala BKPM, Franky Sibarani menyebutkan, bukan tanpa alasan Jawa Tengah jadi lokasi favorit invesatsi padat karya. "‎Jateng relatif lebih kondusif, tidak hanya dari sisi keamanan tapi juga dari sisi Pemda, ketenagakerjaan. Juga dari sisi infrastruktur. Intinya lebih kondusif," kata Franky saat berbincang dengan wartawan, Sabtu (23/1/2016).
Baca Juga
Kondusifnya situasi tersebut tidak terlepas dari minimnya konflik antara pengusaha dengan para pekerjanya yang ujung-ujungnya menimbulkan aksi demonstrasi. Berbeda dengan di Jawa Barat yang kerap terjadi demonstrasi.
Dilihat dari segi Upah Minimum Provinsi (UMP) dan dikombinasikan dengan sarana infrastruktur yang ada, Franky memandang jawa Tengah lebih kompetitif, sehingga para pelaku industri padat karya berbondong-bondong ke Jawa Tengah.
Seperti diketahui sebelumnya, dalam peresmian pabrik pakaian jadi, PT Nesia Pan Pasific Clothing di Wonogiri, Presiden RI Joko Widodo meminta kepada pemda Jateng untuk siap-siap bekerja keras‎ dalam melayani investor yang masuk ke wilayahnya.
"Hati-hati di Jawa Tengah, Pak Gubernur, ini menjadi incaran investasi padat karya, karena mungkin di sini tidak banyak demo, mungkin, kondusif, orangnya nurut-nurut, mungkin," kata Mantan Walikota Solo itu.
PT Nesia sendiri merupakan perusahaan ke-6 dari Grup Pan Pacific, investor asal Korea Selatan, di Indonesia. Grup usaha ini telah memekerjakan tenaga kerja Indonesia sebanyak 14.850 orang, dengan nilai investasi US$ 138 juta, dan berkontribusi sebesar US$ 115 juta per tahun terhadap nilai ekspor nasional.
Nilai investasi perusahaan tersebut sebesar US$ 14,5 juta, dengan total rencana tenaga kerja 12.600 orang. Menurutnya perusahaan tersebut akan memproduksi 1,5 juta pakaian dengan nilai ekspor sebesar US$ 10,5 juta per tahun.‎ (Yas/Gdn)