‎Ford Hengkang dari RI, Ini Kata Kepala BKPM

Hengkangnya Ford Motor dari Indonesia tidak mempengaruhi investasi industri otomotif di Tanah Air.

oleh Arthur GideonIlyas Istianur Praditya diperbarui 26 Jan 2016, 11:34 WIB
Diterbitkan 26 Jan 2016, 11:34 WIB
Ford Everest
Foto: Ford Indonesia

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani menyatakan bahwa keputusan salah satu produsen otomotif global Ford Motor akan berhenti beroperasi di Indonesia tidak mempengaruhi investasi industri otomotif di Tanah Air.

Produsen otomotif tersebut melalui website resmi PT Ford Motor Indonesia per Senin (25/1) telah mengumumkan untuk menutup seluruh aktivitas operasional mereka termasuk menutup seluruh dealership dan menghentikan penjualan dan impor resmi seluruh kendaraan Ford.

Kepala BKPM, Franky Sibarani menyatakan, daya tarik investasi sektor otomotif di Indonesia masih cukup tinggi. “Keputusan Ford Motor Indonesia untuk menghentikan kegiatannya di Indonesia, menurutnya bukan sinyal menurunnya daya tarik investasi sektor otomotif,” ujarnya dalam keterangan resmi kepada media (26/1/2016).

Menurut Franky, dari data yang dimiliki oleh BKPM, perizinan Ford Motor Indonesia di bidang usaha perdagangan besar, perdagangan impor dan pelayanan purna jual; serta bidang usaha pemeliharaan dan reparasi mobil. “Tidak ada perizinan di bidang usaha industri otomotif. Hingga kini, perusahaan juga belum mengajukan pencabutan atas izin usaha yang dimiliki ke BKPM,” jelasnya.

Lebih lanjut Franky menyampaikan bahwa minat investasi industri otomotif ke Indonesia tetap tinggi ditandai dengan geliat investasi di sektor otomotif tanah air. “Ke depan, kami tetap optimistis bahwa perkembangan investasi di bidang otomotif akan terus meningkat,” lanjutnya.

Data BKPM tahun 2015 menunjukkan bahwa realisasi investasi sektor industri alat angkutan dan transportasi, termasuk di dalamnya otomotif, mencapai Rp 23,57 Triliun, naik 6,5% dibandingkan realisasi Tahun 2014 Rp 22,13 Triliun. Sedangkan untuk investasi asing yang khusus sektor otomotif baik industri maupun jasa (perdagangan dan reparasi) tercatat mencapai Rp 21,6 triliun meningkat 13% dari tahun sebelumnya Rp 19 triliun.

Beberapa waktu lalu, Kepala BKPM juga berkesempatan meninjau proses konstruksi investasi otomotif asal China, Wuling. Investasi dengan rencana total sebesar US$ 397,4 tersebut saat ini sudah terealisasi US$ 43,5 Juta dan diharapkan sudah mulai berproduksi 2017 mendatang.

Dalam kunjungan tersebut, Franky juga menyatakan kesiapan BKPM untuk mengawal masuknya 15 perusahaan komponen yang akan memasok Wuling. Perusahaan tersebut akan diarahkan memanfaatkan layanan izin 3 Jam. Investasi Wuling di Indonesia direncanakan untuk membangun pabrik otomotif untuk kendaraan berjenis MPV dengan kapasitas mencapai 84 ribu dan 36 ribu unit, serta industri penunjang yakni suku cadangnya.

Berdasarkan data OICA (International Organization of Motor Vehicle Manufacturers) rasio kepemilikan mobil di Indonesia yaitu sekitar 77 unit per 1.000 penduduk, sementara di Malaysia sekitar 397 unit per 1.000 penduduk, melihat jumlah rasio kepemilkan mobil tersebut menunjukkan bahwa peluang pasar mobil di Indonesia masih sangat besar.‎ (Yas/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya