Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melanjutkan penguatan pada perdagangan Selasa pekan ini. Perubahan Daftar Negatif Investasi (DNI) memberikan dampak positif terhadap rupiah.Â
Mengutip Bloomberg, (16/2/2016), rupiah dibuka pada level 13.325 per dolar AS. Rupiah menguat jika dibandingkan penutupan pada perdagangan sebelumnya yang ada di level 13.378 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah berada di kisaran 13.294 - 13.399 per dolar AS. Jika dilihat dari awal tahun, rupiah telah menguat 2,90 per dolar AS.
Berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di level 13.333 per dolar AS. Level tersebut menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.476 per dolar AS.
Rupiah terus melaju kencang dalam empat bulan ini karena adanya optimisme akan ekonomi nasional. Keyakinan bahwa ekonomi bakal tumbuh positif tersebut membuat aliran dana asing masuk ke Indonesia.
Baca Juga
Pembaruan Daftar negatif Investasi (DNI) juga menjadi sinyal positif karena partisipasi asing dalam berinvestasi di Indonesia menjadi lebih terbuka. Ada beberapa bidang yang dibuka luas bagi asing seperti jalan tol dan bioskop.
Ekonom United Overseas Bank Ltd, Singapora, Ho Woei Chen menjelaskan, sentimen terhadap rupiah memang positif saat ini. "Dengan daftar investasi membuat prospek masuknya arus modal menjadi lebih besar," tuturnya.
Saat ini, Ho Woei Chen sedang mengkaji target rupiah pada tahun ini. Sebelumnya ia memperkirakan bahwa rupiah akan berada di kisaran 13.900 per dolar AS.
Selain itu, sentimen positif lainnya adalah adanya sinyal positif bahwa Bank Indonesia akan menurunkan suku bunga acuan pada rapat dewan gubernur yang akan berlangsung pada 16-17 Februari 2016.
Sebelumnya, Gubernur BI Agus Martowadojo mengatakan, BI membuka kemungkinan untuk kembali melakukan pelonggaran kebijakan moneter pada pertengahan Februari 2016.
Pelonggaran kebijakan tersebut bisa berupa penurunan kembali BI rate atau menurunkan besaran Giro Wajib Minimum (GWM). Namun yang jelas, penurunan BI Rate dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri.
"Bisa dalam bentuk berbagai instrumen, baik GWM atau policy rate. Ini bisa kami lakukan setelah mengkaji indikator ekonomi pada saat nanti RDG (Rapat Dewan Gubernur) pada 18 Februari 2016. Kami lihat ada ruang pelonggaran," ujar Agus. (Gdn/Nrm)