Harga Jatuh, Pertamina Bor Minyak di Luar Negeri

PT Pertamina Drilling Services Indonesia akan melakukan ekspansi pengeboran ke luar negeri di Aljazair, Brunei Darussalam, dan Filipina.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 16 Feb 2016, 16:30 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2016, 16:30 WIB
20160114-Melihat Pusat Minyak Mentah Pertamax di Indramayu
Petugas PT. Pertamina (Persero) melintas Refinery Unit (RU) atau kilang VI Balongan di Indramayu, Jawa Barat, (14/1). RU VI Balongan merupakan tumpuan produksi BBM jenis Pertamax Series milik PT. Pertamina (Persero). (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI), perusahaan jasa pengeboran minyak dan gas bumi serta panas bumi ‎berekspansi ke luar negeri untuk mencari peluang saat kondisi harga minyak dunia yang merosot.

"Dengan harga minyak dunia yang terus melorot, tantangan yang harus dihadapi sangat besar, sehingga synergy and alignment harus terus dilaksanakan di antara seluruh pekerja PDSI," kata‎ Direktur Utama PDSI Lelin Eprianto, di Jakarta, Selasa (16/2/2016).

Lelin menuturkan, PDSI akan melakukan ekspansi pengeboran (rig) ke luar negeri, yaitu Aljazair, Brunei Darussalam, dan Filipina pada 2016.

PDSI akan mengirim satu rig untuk dioperasikan di ladang migas di Aljazair sekitar Agustus mendatang. Rig tersebut digunakan pada ladang migas yang hak partisipasinya dimiliki oleh Pertamina.

"Sekitar Agustus rig PDSI mulai bekerja di Aljazair. Saat ini rig tersebut berada di Indramayu (Jawa Barat) untuk kegiatan sumur eksplorasi. Untuk ekspansi di Filipina, PDSI akan menyasar rig untuk pengembangan panas bumi," ujar Lelin.

Lelin menuturkan, harga minyak dunia merosot, PDSI harus mencari sumber-sumber pendapatan baru kendati harga sewa rig sudah turun lebih dari 50 persen.

"Strategi kami hari ini adalah all out marketing salah satunya melalui konsep new product dan new market," tutur dia.
‎Lelin mengungkapkan, PDSI mencatat kenaikan pendapatan yang cukup signifikan sebesar 131 persen dari target perusahaan sepanjang 2015.‎

Meski biaya operasi naik 36,39 persen, laba usaha juga naik secara signifikan sebesar 212 persen dibanding target yaitu mencapai US$ 2,487 juta. Sedangkan EBITDA margin PDSI sebesar 32,71 persen (unaudited) sepanjang 2015.

"Kinerja yang cukup baik ini tidak terlepas dari andil kerja sama semua insan PDSI secara gigih serta mesin-mesin pencetak uang di luar jasa rig seperti IPM, jasa rig mitra, dan jasa non-rig," kata Lelin.

Produktivitas rig anak usaha PT Pertamina (Persero) tersebut‎ mencapai 43,4 persen, melampaui angka target RKAP yang dipatok 34,8 persen sehingga jumlah pendapatan konsolidasi melampaui target 31,5 persen.

Pencapaian realisasi sumur operasi yang dikerjakan sepanjang 2015 di PT Pertamina EP, PT Pertamina Geothermal Energy, Vico Indonesia, dan joint operating body (JOB) PTOK.

PDSI diharapkan mampu mencatatkan rig availability sebesar 98,54 persen pada 2016, dengan angka produktivitas sebesar 49,38 persen. (Pew/Ahm)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya