Liputan6.com, New York - Harga emas menguat pada perdagangan Jumat pekan ini, seiring bursa saham Amerika Serikat (AS) bervariasi. Namun, harga emas cenderung melemah secara mingguan.
Harga emas untuk pengiriman April mendaki 0,4 persen atau US$ 4,50 ke level US$ 1.230,80 per ounce. Akan tetapi harga emas mencatatkan penurunan mingguan sebesar 0,7 persen.
Sejumlah sentimen mempengaruhi laju harga emas. Laporan data inflasi dapat diperkirakan dapat mempengaruhi kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) soal suku bunga.
Advertisement
Indeks inflasi inti yang tidak termasuk harga pangan dan energi telah naik 0,3 persen, terbesar sejak Agustus 2011. Laporan inflasi dapat sebagai gambaran soal kenaikan suku bunga bank sentral AS.
Baca Juga
Bank sentral AS bergulat dengan inflasi di bawah target dua persen seiring harga minyak mentah dunia melemah. Harga minyak dunia tertekan ini juga didorong dari pertumbuhan ekonomi lamban di seluruh dunia.
Selain data inflasi terbaru, suku bunga negatif di dunia dan ketidakstabilan bursa saham AS juga menjadi faktor pendorong optimistis terhadap harga emas.
"Fakta inflasi naik dapat memberikan arah bank sentral AS untuk menaikkan suku bunga, tetapi saya akan kagum jika mereka melakukannya mengingat ketidakpastian ekonomi global," ujar Mark O'Byrne, Direktur GoldCore seperti dikutip dari laman Marketwatch, Sabtu (20/2/2016).
Sepanjang 2016, emas telah naik hampir 16 persen. Penguatan itu didorong berbagai sentimen mulai dari kekhawatiran kesehatan ekonomi global dan harapan yang berkembang bank sentral AS tidak akan menaikkan suku bunga acuan. Namun O'Byrne tetap hati-hati terhadap prospek harga emas. Hal itu mengingat kejutan dapat terjadi pasar. (Ahm/Igw)
Â