Industri Perawatan Pesawat RI Butuh Ribuan SDM Setiap Tahun

Untuk mencetak SDM perawatan pesawat yang handal tidak mudah.

oleh Septian Deny diperbarui 01 Apr 2016, 21:28 WIB
Diterbitkan 01 Apr 2016, 21:28 WIB
20150928-Garuda Resmikan Hanggar Terbesar di Dunia-Tangerang
Teknisi melakukan maintenance pesawat di Hanggar 4 GMF Aero Asia di area Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Senin (28/9). Hanggar ini menjadi hanggar perawatan pesawat berbadan kecil terbesar di dunia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia Aircraft Maintenance Services Association (IAMSA) meminta dukungan pemerintah dalam mencetak sumber daya manusia (SDM) yang handal di bidang perawatan dan perbaikan pesawat (maintenance, repair and overhaul/MRO). Hal tersebut mengingat kebutuhan SDM di sektor terus meningkat seiring dengan pertumbuhan bisnis penerbangan di tanah air.

Ketua IAMSA Richard Budihadianto mengatakan, saat ini biaya perawatan yang harus dikeluarkan maskapai yang beroperasi Indonesia mencapai US$ 1 miliar per tahun. Namun sayangnya potensi sebesar ini belum bisa dimanfaatkan secara maksimal di dalam negeri lantaran kurangnya SDM di dalam negeri.

"Biaya perawatan yang dikeluarkan oleh airline di Indonesia mencapai kurang lebih US$ 1 miliar, itu seluruh airline per tahun. Sementara kemampuan menyerap pekerjaan ini di Indonesia masih 30 persen dari yang dibutuhkan," ujarnya di Jakarta, Jumat (1/4/2016).

Dia memperkirakan, hingga 15 tahun ke depan, industri MRO Indonesia membutuhkan sekitar 12 ribu hingga 15 ribu SDM di bidang perawatan dan perbaikan pesawat. Hal ini sering dengan rata-rata pertambahan pesawat sebesar 6 persen per tahun. Saat ini jumlah pesawat yang beroperasi di Indonesia mencapai 700 unit.

"Jadi kita butuh hampir 1.000 per tahun. Ini yang sekarang ini kita baru mampu mencetak 200-300 setahun," tutur dia.

Richard mengakui, untuk mencetak SDM yang handal di bidang ini memang tidak mudah. Selain mampu menyerap banyak tenaga kerja, SDM yang dibutuhkan juga tidak sembarangan. Di industri ini dibutuhkan SDM yang mempunyai keterampilan khusus dan bersertifikat global.

"Anggota IAMSA berusaha meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya, tantangannya yang paling besar adalah menyiapkan sumber daya manusia. Karena sumber daya manusia harus dididik untuk melakukan teknisi pesawat. Untuk jadi ahli itu butuh lima tahun," tutur dia.

Saat ini sejumlah langkah telah dilakukan asosiasi dalam rangka mencetak SDM di bidang MRO pesawat. Salah satunya dengan menggandeng sekolah tinggi politeknik yang kompeten di bidangnya.

Namun hal tersebut butuh peran serta dari pemerintah agar proses pencetakan SDM bisa berlangsung secara berkelanjutan.

"Kita kerjasama dengan politeknik di Indonesia. Dan ini yang kami laporkan ke Pak Menteri (Menteri Perindustrian Saleh Husin), untuk menambah jumlah politeknik aviasi, bukan politeknik umum, melainkan khusus penerbangan maintenance. Ini adalah suatu area di mana dibutuhkan high skill labor dalam jumlah yang besar. Ini yang menjadi suatu hal yang khusus karena walaupun ini labor tapi harus high skill license, diatur dengan regulasi internasional, nggak bisa sembarangan," tandas dia. (Dny/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya