Liputan6.com, Jakarta - Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) menyatakan, saat ini lebih banyak orang kaya yang menikmati subsidi listrik ketimbang masyarakat kurang mampu. Karena itu pemerintah ingin menerapkan subsidi tepat sasaran.
Sekretaris Eksekutif TNP2K Bambang Widianto mengatakan,‎ subsidi listrik saat ini sama seperti kondisi subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) sebelum dicabut. Orang yang tidak berhak mendapat subsidi malah menikmati subsidi paling besar.
"Pada waktu subsidi, BBM subsidi diberikan pada komoditas. Pada BBM itu sendiri jadinya orang yang tidak berhak menerima subsidi mendapat subsidi. Subsidi yang pernah Rp 180 triliun hampir setengahnya dinikmati 20 persen orang kaya," ‎kata Bambang, di Jakarta, Rabu (27/4/2016).
Advertisement
Â
Baca Juga
‎Bambang mengungkapkan, dari golongan pelanggan 900 Volt Amper (VA) kelompok kaya yang menikmati subsidi paling banyak, ketimbang masyarakat miskin dan rentan miskin.
"Sama kayak listrik. Yang 40 persen terbawah (kelompok rentan miskin) hanya terima subsidi 26 persen. Justru yang kaya dapat 2,5 kali lebih banyak," ujar Bambang.
Bambang melanjutkan, saat ini ada dua golongan pelanggan yang mendapat subsidi, yaitu golongan 450 VA dan 900 VA. Namun golongan 450 VA hanya mendapat subsidi sekitar Rp 60 ribu per bulan, sedangkan 900 VA yang didominasi orang kaya Rp 101 ‎ribu per bulan.
"Ini orang kaya lebih banyak menerima subsidi, kalau seperti ini rasanya kurang pas," tegas Bambang.
Karena itu, pemerintah ingin menertibkan penyaluran subsidi agar tepat sasaran dengan mencabut subsidi listrik untuk pelanggan golongan 900 Va yang masuk dalam kategori mampu.‎
Berdasarkan data yang dihimpun, jumlah golongan pelanggan 900 VA mencapai 22,3 juta, sedangkan yang masuk kategori miskin hanya 4 juta, artinya ada 18 juta rumah tangga yang akan dicabut subsidinya.
"Kenapa subsidi listrik harus dikurangi pemerintah tidak anti subsidi, tapi subsidi perlu tepat sasaran,"‎ tutur Bambang. (Pew/Ahm)