Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Badan Penelitian dan Pengembangan berencana membangun jembatan apung pertama di Indonesia.
Jembatan ini akan menghubungkan Desa Ujung Alang dan Desa Klaces, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Jembatan apung sepanjang 40 meter ini akan menjadi jembatan dengan teknologi apung pertama di Indonesia dan rencananya dipasang pada Mei ini.
“Dipilihnya teknologi apung untuk jembatan ini dikarenakan setelah dilakukan pengamatan, lokasi di mana jembatan ini akan dipasang tidak dimungkinkan untuk membangun jembatan dengan teknologi pancang,” kata Arie Setiadi Moerwanto, Kepala Balitbang PUPR di Jakarta, Kamis (5/5/2016).
Dia menuturkan, kalaupun ingin dibangun dengan pancang, pembangunan jembatan ini akan membutuhkan dana yang sangat besar. Hasil pengamatan tim Pusjatan menemukan sedimen di lokasi tempat akan dibangun jembatan memiliki kedalaman hingga 20 meter.
Dengan kondisi ini, tim memutuskan, jika teknologi apung yang cocok untuk diaplikasikaan dalam pembangunan jembatan di kampung nelayan ini. Selain biaya produksinya lebih murah, keunggulan dari jembatan hasil teknologi Balitbang PUPR ini mudah dibongkar-pasang atau dipindah-pindah.
Baca Juga
Selain mengenai jembatan di Kampung Laut, permasalahan sedimentasi di Segara Anakan juga menjadi pokok masalah yang harus segera ditangani. Pendangkalan yang disebabkan material yang terbawa aliran Sungai Citanduy telah menimbulkan permasalahan di Segara Anakan, di antaranya banjir dan terhambatnya akses kapal-kapal yang lewat akibat dari pendangkalan tersebut.
Penanganan masalah sedimentasi guna mempertahankan keberadaan Laguna Segara Anakan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu program pengendalian sedimen sungai, mengatur tata letak muara sungai Citanduy serta pengerukan secara bertahap.
Pengerukan bertahap akan dilakukan di alur pelayaran, yaitu Plawangan Barat dan alur transportasi Cilacap dan Majingklak, serta normalisasi anak-anak sungai yang bermuara di laguna Segara Anakan.
Pada tahun 2004 pernah dilakukan pengerukan sebanyak 544 Ha atau 9 juta m? dengan rata-rata kedalaman 1,75 m, akan tetapi kondisi ini tidak berlangsung lama karena saat ini sudah menjadi dangkal kembali.
Dalam pertemuan itu juga dibahas mengenai permasalahan permukiman di Desa Klaces yang sebagian besar bangunan yang dibangun merupakan bangunan semi dan non permanen yang tidak memenuhi standar, bangunan berupa landed houses (rumah tapak) dan pembangunannya asal bangun. Ditambah kondisi sanitasi, air bersih, pengelolaan sampah, drainase yang ada tidak terpelihara dan tidak layak.
Untuk permasalahan pemukiman di Desa Klaces, tim Balitbang PUPR sudah melakukan beberapa renovasi dan penataan di beberapa bangunan desa. Untuk bangunan rumah, rencananya akan dibangun dengan sistem rumah panggung dan menerapkan model rekayasa teknologi bangunan rumah yaitu Rumah Instan Sederhana (RISHA).
Dengan adanya kerjasama dengan Balitbang PUPR, pemerintah Kabupaten Cilacap berharap rencana yang sudah disusun dapat segera direalisasikan sehingga Kampung Laut tidak terlalu tertinggal dari kampung-kampung yang lain. Kerjasama ini juga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kampung Laut.
Sekretaris Daerah Cilacap Sutarjo mengatakan, salah satu permasalahan yang dialami masyarakat Kampung Laut adalah sulitnya akses transportasi penghubung antar wilayah dan juga permasalahan tingginya sedimentasi di Laguna Segara Anakan. (Yas/nrm)